REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan jumlah korban tewas selama konflik selama 21 bulan di Suriah telah melampaui 60 ribu orang. Data korban tewas tersebut terdiri dari tentara, pemberontak, dan warga sipil.
Jumlah ini sepertiga lebih tinggi dari perkiraan aktivis anti rezim presiden Suriah Bashar al-Assad. "Jumlah korban jauh lebih tinggi dari yang kami harapkan, dan benar-benar mengejutkan," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay.
Pillay mengkritik pemerintah Suriah karena mengobarkan konflik dengan cara menindak para pengunjuk rasa damai. Ia juga menyalahkan kekuatan-kekuatan dunia yang tidak menemukan cara untuk menghentikan kekerasan.
"Kegagalan komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan (PBB), untuk mengambil tindakan konkrit guna menghentikan pertumpahan darah," ucap Pillay.
Seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (3/1), jumlah pembunuhan terbesar yang dilaporkan terjadi di Homs (12.560 kasus), Pedesaan Damaskus (10.862), Idlib (7.686), Aleppo (6.188), Daraa (6.034), dan Hama (5.080). Pillay memperingatkan bahwa ribuan lagi bisa mati atau terluka, bahkan setelah perang usai
Badan pengungsi PBB mengatakan sekitar 84 ribu orang melarikan diri dari Suriah pada bulan Desember 2012 saja, sehingga jumlah pengungsi saat berada pada kisaran setengah juta.