REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Panser Biru---julukan suporter PSIS Semarang--- menegaskan, tak dapat membenarkan sikap yang diambil Komunitas Panser Holigans 1932, terkait surat terbuka yang dialamatkan kepada Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan.
Ketua Umum Panser Biru, Mario Baskoro menegaskan selain diluar kendali dan koordinasi ada beberapa alasan mengapa jajaran pengurus suporter tim berjuluk ‘Mahesa Jenar’ ini tidak mau mengamini sikap yang diambil komunitas, meski mengatasnamakan organisasi sayap Panser Biru tersebut.
Sebab dari awal Panser Biru hanya memiliki misi untuk membesarkan PSIS Semarang dan mengembalikan kejayaan klub kebanggaan warga kota Semarang ini. Tujuanya agar klub tetap disegani di kancah sepakbola tanah air.
Terkait dengan misi ini, para pengurus sama sekali tidak mempermasalahkan apakah PSIS harus berafiliasi ke KPSI ataupun PSSI. “Di manapun tim ini bermain Panser Biru hanya berorientasi pada kejayaan kembali tim yang pernah melahirkan ‘nama besar’ seperti almarhum Ribut Waidi,” tegas Mario.
Ia juga meyakini, komunitas panser Holigans 1932 ini awalnya merupakan bagian dari kubu yang berseberangan dalam Musyawarah Luar Biasa (MLB), dalam pemilihan ketua umum Panser Biru.
Bahkan beberapa diantaranya pernah diberi kesempatan untuk mengakomodasi dalam kepengurusan. Namun mereka lebih memilih ‘jalan’ sendiri. “Terlepas dari persoalan surat terbuka ini, Panser Biru masih tetap solid untuk mendukung PSIS tanpa harus memperhitungkan kompetisi yang diikuti,” tegas mario.
Sementara, Manager teknik PSIS, Setyo Agung Nugroho memilih tak berkomentar soal hal ini. Ia menyarankan agar Republika meminta pendapat langsung kepada general manager (GM) PSIS, Ferdinand Hindiarto. “Kapasitas saya lebih pada urusan teknis tim dan pemain. Barangkali Pak Ferdinand lebih pas untuk menjawabnya,” tegas Agung.