Jumat 11 Jan 2013 12:56 WIB

Keutamaan Bertobat

Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Moch Hisyam

Ada seorang tukang kayu yang amat mencintai seorang budak wanita milik tetangganya. Suatu hari pemilik budak itu mengutusnya ke suatu desa untuk sebuah keperluan. Si tukang kayu itu pun membuntutinya.

Di tengah perjalanan pria itu merayunya. Wanita itu berkata, “Janganlah lakukan hal itu. Memang aku sangat mencintaimu, tetapi aku sangat takut kepada Allah.”

Mendengar itu, pria itu tersentak dan sadar bahwa apa yang akan diperbuatnya itu adalah dosa, lantas pria itu menyahut, “Engkau takut kepada Allah SWT, sedangkan aku sendiri tidak takut kepada-Nya?”

Kemudian, ia kembali ke kampungnya dan bertobat. Di tengah terik matahari yang sangat panas, pria itu mengalami kehausan yang hampir saja mencekik lehernya.

Tidak lama kemudian, datang seorang nabi dari Bani Israil dan bertanya tentang keadaannya. “Apakah yang terjadi denganmu?”

Ia menjawab, “Aku kehausan dan merasakan panasnya terik matahari.”

Nabi itu berkata, “Marilah kita berdoa hingga Allah memberi kita naungan berupa awan sampai kita memasuki perkampungan itu.”

Ia berkata, “Aku tidak mempunyai amalan yang baik satu pun.”

Nabi itu berkata, “Jika demikian halnya, aku akan berdoa kepada Allah dan hendaklah engkau mengamininya.”

Lalu, nabi itu pun berdoa, sementara pria tukang kayu itu mengamininya. Akhirnya, selama dalam perjalanan mereka selalu dinaungi oleh awan hingga mereka sampai di perkampungan yang dituju.

Tukang kayu tersebut pergi ke rumahnya, tapi awan itu masih menaunginya. Nabi itu berkata lagi, “Engkau mengatakan bahwa tidak mempunyai amalan baik sedikit pun, kemudian aku yang berdoa, sedangkan engkau yang mengamininya sehingga kita selalu dinaungi oleh awan. Aku sengaja mengikutimu agar engkau memberi tahuku tentang urusanmu.”

Setelah itu, pria tersebut menceritakan keadaan yang baru saja dialaminya kepada nabi itu. Mendengar penuturan pria itu, nabi berkata, “Orang yang bertobat kepada Allah akan mendapatkan kedudukan di sisi-Nya dengan kedudukan yang tidak didapatkan orang lain.”

Kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita akan keutamaan orang yang bertobat berupa kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Pertama, orang yang bertobat adalah orang yang menyadari dan menyesali akan kesalahannya serta mengetahui akan keburukan dosanya sehingga membuat dirinya bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Hal ini menjadi sebab dihapuskan segala kesalahannya sehingga seolah-olah ia tidak memiliki dosa. (QS al-Anfal [8]: 38). “Orang yang bertobat adalah laksana orang yang tidak memiliki dosa.” (HR Ibnu Majah).

Kedua, orang yang bertobat adalah orang yang mengetahui bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosanya kecuali Allah sehingga ia selalu mendekati-Nya dan hidup di atas jalan-Nya. Hal ini menjadikan Allah bergembira dengannya, mencintainya, dan menempatkannya pada kedudukan yang mulia.

Sebagai manusia, kita tidak luput dari dosa. Dan, sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah bertobat atas dosanya. Untuk itu, mari kita bersegera bertobat kepada Allah SWT dan membiasakan diri beristighfar setiap hari agar mendapatkan keberuntungan dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Amin. Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement