Ahad 27 Jan 2013 09:17 WIB

Muhammad Nur al-Fathani: Ketua Ulama Nusantara di Makkah (1)

 Muhammad Nur al-Fathani
Foto: blogspot.com
Muhammad Nur al-Fathani

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh M Akbar

Hanya sedikit orang di Makkah yang pernah menyandang predikat sebagai ketua ulama Nusantara. Dari yang sedikit itulah terekam nama Muhammad Nur al-Fathani.

Al-Fathani yang melekat di belakang namanya merujuk pada sebuah wilayah di Thailand Selatan. Wilayah itu bernama Pattani. Sejarah mencatat, wilayah ini dahulu kala dikenal sebagai pencetak ulama-ulama besar di kawasan rumpun Melayu.

Al-Fathani berasal dari keluarga ulama. Ayahnya bernama Syekh Muhammad Shaghir al-Fathani. Di Malaysia, sapaan lain dari sang ayah adalah Syekh Nik Mat Kecik. Sosok ini merupakan ulama besar yang pernah memegang jabatan penting di Makkah. Begitu pula dengan kakek buyut al-Fathani, yakni Syekh Wan Ahmad Patani. Dari kakek buyutnya inilah mengalir darah Pattani dalam diri al-Fathani.

Al-Fathani lahir di Makkah pada 1290 Hijriyah atau 1873 Masehi. Sejak kecil, pendidikan agama telah menjadi kesehariannya. Pengetahuan dasar Islam ia dapatkan langsung dari sang ayah. Ia juga memperkaya pengetahuan Islam-nya kepada sejumlah ulama di Makkah. Di antaranya adalah Syekh Abdul Haq, pendiri al-Madrasah al-Fakhriyyah, serta Syekh Abid, seorang mufti bermazhab Maliki.

Hingga masa remaja, ia menimba ilmu di Masjidil Haram, Makkah. Ia pun sempat memperoleh kesempatan mengajar. Anak didiknya cukup banyak dan mereka datang dari berbagai negara di dunia, terutama dari kawasan Melayu. Sayangnya, tak begitu jelas berapa lama ia mengajar. Setelah itu, al-Fathani menyeberang benua untuk melanjutkan studi. 

Lokasi yang dipilih adalah Mesir. Ia memilih Universitas Al-Azhar. Pemahamannya terhadap Islam di tempat ini semakin mendalam. Di tempat ini, ia menimba ilmu dari banyak guru. Salah satunya adalah Muhammad Abduh. Abduh dikenal sebagai salah satu pemikir pembaru Islam.

Selain kepada Abduh, al-Fathani juga berguru kepada Syekh Muhammad Rasyid Ridha. Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh. Ia juga sempat menimba ilmu kepada Syekh Bakhit al-Muthi'i al-Hanafi, Syekh Muhammad Asy Syarbini, dan Syekh Hasan Zayid. Nama yang terakhir ini dikenal pula sebagai pakar ilmu falak.

Syekh Umar Abdul Jabbar lewat karya berjudul Siyar wa Tarajim menceritakan ihwal pengelanaan keilmuan al-Fathani di Mesir. Ia bercerita, al-Fathani merupakan sosok yang giat belajar. Ia juga aktif menggali secara mandiri kitab-kitab karya ulama Ahlussunnah. Jabbar menyebutkan, akidah salafi yang dianut al-Fathani  tak lepas dari pemikiran-pemikiran yang ditanamkan Muhammad Abduh.

Cerita serupa juga disampaikan oleh Syekh Abdullah Mirdad Abul Khair dalam kamus tarajimnya, Nasyrun-Nur waz-Zuhar fi Tarajim Afadhili Makkah, yang telah diikhtisarkan oleh Muhammad Sa'id al-'Amudi dan Ahmad Ali. ''Di Kairo, beliau (al-Fathani) menggali ilmu dari sejumlah imam dan ahli sanad. Di antaranya adalah Syekh Bakhit el-Hanafi, seorang yang pandai dalam banyak disiplin ilmu.''

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement