REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Pemerintah Yaman pada Sabtu (9/2) menuding Iran ada di belakang pengiriman secara tidak sah 40 ton senjata dengan tujuan bagian utara negara Arab itu.
Karenanya, Yaman menyerukan penyelidikan internasional mengenai masalah itu. "Pemerintah Yaman secara resmi menuduh Pemerintah Iran berada di belakang pengiriman ini yang ditujukan untuk membahayakan keamanan nasional Yaman," demikian isi pernyataan yang disiarkan oleh TV negara.
"Pengiriman Jihan II yang disita berasal dari Iran, dengan jumlah 40 ton senjata yang tak bisa diekspor oleh per orangan atau satu kelompok," katanya. Ditambahkannya, "Yaman memiliki hak untuk mempertahankan kedaulatannya dan akan meminta penyelidikan internasional mengenai pengiriman senjata yang berkaitan dengan Iran."
Yaman juga menyatakan delapan anggota awak berkebangsaan Yaman masih diinterogiasi. Pada 29 Januari, Pemerintah Yaman mengumumkan penyitaan kapal yang memiliki hubungan dengan Iran dalam satu operasi gabungan oleh penjaga pantai Yaman dan pasukan Angkatan Laut AS di Laut Arab.
Senjata tersebut meliputi rudal anti-pesawat, Peledak C-4, peluncur mortir 122MM, ranjau darat, dan bom magnetik anti-kendaraan.
Pemerintah Yaman menyatakan senjata kiriman yang disita itu ditujukan kepada satu kelompok gerilyawan Syiah yang berpangkalan di Provinsi Saada, Yaman utara.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri memberitahu Xinhua, Ahad (10/2) bahwa pemerintah Yaman telah menerima permintaan resmi dari Teheran untuk mengizinkan Iran terlibat dalam proses penyelidikan mengenai kasus tersebut, tapi Sana'a menolaknya.
Negara Arab itu, yang juga berjuang memerangi satu cabang aktif Al Qaida dan satu gerakan separatis yang terus berkembang di bagian selatannya, belum lama ini telah menghadapi beberapa kasus pengiriman senjata secara gelap di sepanjang pantainya.
Pada November 2012, Yaman menyita senjata genggam yang dikirim dari Turki dan disembunyikan di dalam beberapa paket biskuit.