REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel dipaksa memberikan pengakuan publik terkait rahasia tahanan X yang diduga sebagai Intel Mossad kelahiran Australia sekitar 1976 lalu.
The Telegraph mengabarkan pria itu dipenjara sesuai dengan putusan pengadilan. Namun, sebuah penyelidikan menemukan dirinya tewas gantung diri.
Pada Rabu (13/2) kemarin, Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, diminta menyelidiki tentang kematian Zygier. Hal itu dilakukan setelah ia membenarkan pernyataan Pemerintah Australia tidak mengetahui kasus tersebut.
Zygier yang diduga tahanan X oleh Media Massa Israel ditemukan tewas di Penjara Ayalon setelah beberapa bulan ia ditahan. Kamarnya yang berukuran 4x4 dipasangi CCTV dan berbagai alat pemantauan. Alat itu semua menjadi petunjuk, bahkan bukti untuk mengungkap bagaimana dia tewas.
Pria yang juga bernama Ben Alon ini dilahirkan di Melbourne. Ia kemudian pindah ke Israel pada 2000 lalu untuk menikahi wanita Israel. Dua anak menjadi hasil pernikahannya. Ia memiliki paspor Australia bernama Ben Allen. Keluarganya di Melbourne enggan mengomentari kematiannya.
Identitas tahanan X diungkap Media Massa Australia pekan ini. Zygier sedang dalam investigasi Badan Intelijen Australia, ASIO, terkait upayanya mendapatkan Paspor Australia untuk kepentingan Mossad.
Saat ditangkap 2010 lalu, dia menolak dikatakan intelijen Mossad. "Omong kosong macam apa ini," tegasnya. Ia mengaku tidak terlibat dalam kegiatan intelijen apapun.
Australia komplain kepada Israel terkait hal ini pada 2010 lalu. Bahkan Australia sempat mengusir diplomat Israel karena penggunaan paspor Australia palsu yang ditemukan dalam pembunuhan anggota Hamas, Mahmoud al-Mabhouh, di sebuah hotel di Dubai.
Empat dari 27 orang yang diidentifikasi Polisi Dubai dan dicurigai sebagai pelakunya adalah berkewarganegaraan Australia dan Israel. Tidak lama setelah itu Zygier ditangkap.