Senin 18 Feb 2013 09:31 WIB

Iran Tak Akan Tutup Instalasi Uranium Bawah Tanah

Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Anggota senior parlemen Iran Alaeddin Boroujerdi, Ahad (17/2), mengatakan Republik Islam itu takkan pernah menutup instalasi bawah tanahnya dan takkan menghentikan kegiatan nuklir damainya.

Saat membantah laporan media baru-baru ini tentang keputusan negara besar di dunia untuk meredakan sanksi atas Iran sebagai imbalan bagi penutupan Fordow, Boroujerdi --pemimpin Komisi Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional di Majlis (Parlemen) Iran-- sebagaimana dilaporkan kantor berita setengah resmi ISNA, mengatakan, "Instalasi Fordow takkan pernah ditutup.

Media Barat, Sabtu, melaporkan P5+1 --Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China dan Rusia ditambah Jerman-- sedang mengerjakan usul yang akan diajukan dalam pembicaraan nuklir dengan Iran guna meredakan sanksi atas perdagangan emas dan logam mulia lain dengan Iran sebagai imbalan bagi penutupan instalasi pengayaan uranium Fordow.

Menurut laporan tersebut, tawaran itu akan diajukan dalam pembicaraan mendatang antara Iran dan P5+1, yang dijadwalkan pada 26 Februari di Almaty, Kazakhstan.

Boroujerdi memberitahu ISNA bahwa Iran telah membangun instalasi Fordow untuk mempertahankan instalasi nuklirnya dalam menghadapi ancaman dari Israe, demikian laporan Xinhua.

Instalasi Fordow, yang berada di dekat Kota Suci Syiah di Iran tengah, Qom, digunakan untuk memproduksi uranium yang diperkaya dengan kemurnian sampai 20 persen.

Boroujerdi pada Ahad juga menegaskan, "Jika Amerika mengira mereka dapat menghentikan kegiatan (nuklir) damai Iran dengan meningkatkan tekanan, mereka melakukan tindakan sia-sia."

Sebagaimana dikutip Press TV, Boroujerdi berkata, "Iran akan terus mengembangkan program energi nuklir damainya dengan dasar peraturan Bada (Tenaga Atom Internasional) dan dalam kerangka kerja tujuan damai."

Sementara itu, Ketua Majlis Iran Ali Larijani mengatakan para pejabat AS menyiarkan proganda melalui pembicaraan langsung yang diusulkan dengan Iran mengenai program nuklir negara Persia tersebut, kata Tehran Times pada Ahad.

Pada 2 Februari, Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan Amerika Serikat siap mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran mengenai program nuklir negeri tersebut ketika pemimpin Iran "serius".

Usul AS bagi pembicaraan langsung dengan Republik Islam itu adalah propaganda, kata Larijani. Ditambahkannya, Amerika Serikat berusaha mempengaruhi tekad rakyat Iran dengan mengangkat masalah semacam itu.

Mereka yang terperosok ke dalam perangkap dengan mempercayai retorika semacam itu mungkin memberi kesempatan emas kepada musuh, ia menambahkan.

Anggota lain Parlemen Iran Ebrahim Aqa-Mohammadi juga mengatakan Amerika Serikat harus mencela kebijakan ancaman dan sanksinya terhadap Iran sebelum Teheran mempertimbangkan untuk memasuki pembicaraan dengan Washington, demikian alporan Press TV pada Ahad.

sumber : Antara/ Xinhua-OANA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement