REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Park Geun-hye resmi dilantik menjadi Presiden Korea Selatan. Ia menggantikan Lee Myung-bak yang kalah dalam pemilihan presiden 2012. Perempuan 61 tahun ini akan memimpin Korsel lima tahun mendatang.
Geun-hye dilantik di Ibu Kota Seoul saat Senin (25/2). Upacara kenegaraan dilakukan selama lebih dari 2,5 jam. Militer menembakkan salvo sebanyak 21 kali menandakan kepemimpinan baru bagi negara tersebut.
Dalam pidato kenegaraan pertamanya, Geun-hye banyak menyoroti tugas besar yang menanti. Presiden perempuan pertama bagi Korsel ini mengaku situasi di Semenanjung Korea adalah prioritas kerja selain persoalan ekonomi.
Korea Utara disebutnya sebagai ancaman serius. ''Uji coba nuklir di utara (Korut) adalah tantangan bagi kehidupan Bangsa Korea,'' katanya.
Putri mantan penguasa militer Korsel Park Chung-hee ini mengingatkan negara tetangganya itu untuk menahan ambisi. Geun-hyu mengajak Pemimpin Tertinggi di Pyongyang Kim Jong-un agar mencari jalan perdamaian ketimbang membuka kembali ruang perkelahian. Menurutnya pembangunan ekonomi di kawasan lebih penting dari pada mengumbar ancaman dengan nuklir.
Geun-hye menang tipis atas pesaingnya Moon Jae-in dalam pilpres 2012 lalu. Kampanye politiknya banyak menyasar kelompok konservatif yang hampir punah di negara tersebut. Kelompok ini adalah generasi tua di masa ayahnya memimpin setengah abad lalu.
Aljazirah mengatakan Geun-hye punya agenda besar dalam janji politiknya. Ia merasa bertanggung jawab atas dosa politik pendahulunya. Dia tidak ragu meminta maaf atas kesalahan ayahnya di masa lalu. kampanye itu menciptakan simpatik bagi kalangan tua.
Akan tetapi kelompok moderat mencurigainya sebagai ancaman karena garis keterunannya. Perolehan suaranya yang terpaut dua persen dari lawan politiknya membuktikan hal tersebut. Geun-hye cukup puas dengan 51,9 persen suara pemilihnya.