REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hero Supermarket Tbk mengumumkan pertumbuhan laba bersih sebesar 15,2 persen. Perseroan juga mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 17,4 persen.
Per akhir 2012 emiten berkode HERO ini mencatat laba usaha sebesar Rp 441,2 miliar, tumbuh dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 383,8 miliar. Sedangkan penjualan tumbuh mencapai Rp 10,51 triliun, dari Rp 8,95 triliun per 2011.
"Dengan demikian laba bersih perusahaan mencapai Rp 302,7 miliar, atau naik 10,6 persen dari tahun lalu," kata Presiden Direktur HERO Philippe Broianigo dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia, akhir pekan lalu.
Ekspansi yang agresif telah menyebabkan naiknya jumlah pinjaman dan biaya bunga di tahun 2012. Pinjaman bank meningkat dari Rp 383,07 miliar pada 2011 menjadi Rp 530 miliar per Desember 2012. Total liabilitas jangka pendek perseroan mencapai Rp 3,338 triliun atau naik 58 persen.
Kenaikan ini disebabkan oleh ekspansi usaha yang dilakukan perseroan sepanjang 2012. HERO telah membuka 97 toko baru sepanjang tahun lalu sehingga meningkatkan aset tetap sebesar 70 persen.
Beban pokok penjualan tercatat naik dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 8,07 triliun. Sedangkan beban umum meningkat dari Rp 1,5 triliun menjadi Rp 1,7 triliun.
Broianigo mengakui 2012 merupakan tahun yang menantang bagi perseroan. Jumlah toko baru yang di roll out mencapai rekor tertinggi sehingga meningkatkan beban operasional. Namun ia mengharapkan hal ini dapat menjadi tren untuk tahun-tahun berikutnya.
"Saat ini kami juga telah bekerja sama dengan 66 sekolah di seluruh Indonesia melalui program one store one school," ujar Broianigo.
Ia mengharapkan melalui program ini perseroan akan membuka lebih banyak toko di sekolah di masa mendatang.
PT Hero Supermarket telah mempekerjakan lebih dari 15 ribu karyawan di 605 gerai. Per Desember 2012 HERO telah mengoperasikan 46 gerai Giant, 142 gerai Hero dan Giant, 266 gerai kesehatan Guardian, dan 151 gerai Starmart.
Sebelumnya Direktur HERO Lai Saye Chuan telah mengumumkan perseroan tidak akan membagi dividen kepada pemegang saham. Pasalnya perseroan masih memerlukan dana untuk melakukan ekspansi bisnis perusahaan.
"Perseroan tidak membagikan dividen untuk memperkuat struktur permodalan agar mendukung ekspansi yang berkelanjutan," ujar Chuan.
Ini merupakan untuk kesekian kalinya perseroan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham. Perseroan terakhir kali memberikan dividen adalah pada 1998 untuk tahun buku 1997.