REPUBLIKA.CO.ID, Meminang Rasulullah
Semakin hari, Khadijah semakin terkesan dengan kepribadian Rasulullah. Ia pun berkeinginan untuk membangun rumah tangga bersama Muhammad yang kala itu belum diangkat menjadi Rasul Allah.
Namun saat itu Khadijah dilanda keraguan mengingat ia seorang janda sementara Muhammad seorang pemuda. Selain itu, Khadijah terus saja menerima pinangan dari pemuka Quraisy namun selalu menolaknya. Khadijah pun berfikir bagaimana cara meminang Rasulullah.
Dalam "Great Women of Islam" dikisahkan, suatu malam Khadijah bermimpi matahari turun dari langit menuju halaman rumahnya. Matahari tersebut kemudian bersinar terang memancarkan cahaya dari dalam rumah Khadijah.
Saat terbangun di pagi hari, Khadijah merasa penasaran atas mimpi itu. Ia pun kemudian menemui sepupunya Waraqah bin Naufal, seorang tuna netra yang terkenal karena keahliannya dalam menafsirkan mimpi.
Mendengarnya, Waraqah tersenyum tenang dan meminta Khadijah untuk tidak khawatir. Pasalnya, mimpi tersebut menunjukkan hal positif dalam kehidupan Khadijah. Matahari dalam mimpi Khadijah menunjukkan bahwa Nabi yang penuh kedamaian dan keberkahan, yang kedatangannya telah diramalkan di dalam Taurat dan Injil, akan memberi cahaya di dalam rumahnya. Nabi tersebut akan membawa rahmat dan membawa kebahagiaan di dalam kehidupan Khadijah.
Setelah mengalami mimpi tersebut, mantaplah tekad Khadijah untuk menikah dengan Muhammad. Ia pun kemudian mengajukan pinangan kepada Rasulullah. Tersambut, Rasulullah menerimanya, keduanya pun menikah.
Saat itu usia Khadijah 40 tahun sementara Rasulullah berusia 25 tahun. Namun perbedaan usia tak menghambat pernikahan tersebut. Keduannya hidup bahagia. Bisnis Khadijah makin jaya setelah menikah dengan Rasulullah. "Khadijah: The True Love Story of Muhammad" mengisahkan, Muhammad akhirnya menyatakan kesediaannya menikahi Khadijah.Keduanya menjadi sepasang suami istri sekaligus partner bisnis.
Mereka berdua berhasil membangun bisnis atas dasar keadilan dan kedermawanan. Setelah menikah dengan Muhammad, Khadijah menyerahkan semua urusan perdagangan serta pengelolaan finansial kepada suaminya yang terkenal cerdas dan jujur. Ia juga mendukung suaminya untuk bersedekah kepada fakir miskin dan membantu orang-orang yang tertimpa kemalangan.
Harta di tangan Muhammad selalu bertambah sebanyak yang ia sedekahkan. Tentu saja karakter dan keputusan Khadijah itu merupakan bagian dari rencana Allah Yang Maha Agung.
Selain bisnis yang semakin maju, seluruh putra-putri nabi pun lahir dari rahim Khadijah, kecuali Ibrahim. Putra-putri nabi bersama Khadijah berjumlah enam anak. Pertama dua putra, Qasim dan Abdullah, kemudian diikuti anak-anak perempuan, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Namun baru berusia dua tahun, Qasim dan Abdullah wafat sehingga membawa kesedihan mendalam bagi Rasulullah dan Khadijah.
Pernikahan bersama Rasulullah menjadi pernikahan ketiga dan yang terakhir bagi Khadijah. Rasulullah pun tak pernah menikah lagi dengan wanita lain sepanjang hidup Khadijah. Saat Muhammad diutus sebagai Rasulullah, Khadijah menjadi orang pertama yang mengakui kenabian beliau. Khadijah selalu mendampingi Rasulullah saat diterpa kesulitan ketika masyarakat Mekkah menentang dakwah beliau.
Khadijah bahkan rela memberikan hartanya untuk dakwah menjunjung agama Allah. Beliau bahkan bersedia hidup ditengah kemiskinan bersama Rasulullah setelah hartanya habis untuk kepentingan dakwah. Khadijah selalu setia menemani perjuangan Rasulullah hingga ajal merenggut nyawanya. Khadijah wafat di Makkah pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh dari awal kenabian.
Beliau wafat pada usia 65 tahun dan dikebumikan di Al-Hajun. Saat itu Rasulullah benar-benar dilanda kesedihan yang mendalam. Tahun wafatnya Khadijah menjadi tahun kesedihan di kehidupan Rasulullah. Mengingat saat itu, paman Rasulullah Abu Thalib pun meinggal di tahun yang sama.
Maka bertumpuklah kesedihan Rasulullah kala itu.