REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr Harry Mulya Zein
Dalam sebulan terakhir, sejumlah media massa memberitakan seputar krisis kepemimpinan yang jujur ditingkat elit politik. Krisis kepemimpinan yang dilandasi kejujuran semakin menggema ketika tidak sedikit petinggi partai politik yang terjerat dalam kasus hukum.
Tentu sebagai rakyat kita merasa prihatin akan kondisi saat ini. Kejujuran sepertinya menjadi barang mahal di negeri ini. Rakyat sepertinya merasa kesulitan mencari pemimpin yang benar-benar memegang teguh kejujuran.
Terlebih saat ini hiruk pikuk Pemilu 2014 sudah sangat terasa. Elite politik yang tengah bertarung untuk memenangi Pemilu 2014 terlihat berlomba-lomba melakukan pencitraan menjelang pesta demokrasi prosedural 2014. Yang disayangkan, lagi-lagi pencitraan politik tidak dilandasi dengan kejujuran. Sehingga rakyat sepertinya hanya disuguhi kamuflase (kebohongan) elite politik.
Negeri ini butuh pemimpin yang jujur. Mungkin kita semua sepakat soal itu. Karena kita tidak ingin negeri ini mengalami kehancuran hanya gara-gara dipimpin oleh para pemimpin yang tidak jujur dalam mengelola pemerintahaan.
Sebagai seorang Muslim, bisa kita patut mencontoh Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai sosok yang jujur, bahkan sebelum diangkat menjadi nabi. Atas dasar kejujuran yang sudah terbukti itu, Nabi Muhammad SAW mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk menjadi pemimpin. Bahkan menjadi pemimpin di 'negeri tetangga', Madinah, bukan di tempat kelahirannya sendiri, Makkah.
Sebagai umat Islam, seharusnya kita mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad. Sebagai pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah dikaruniai empat sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.
Pertama, kejujuran adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatusebagaimana dengan fakta. Di antaranya yaitu kata rajulun shaduq (sangat jujur), yang lebih mendalam maknanya daripada shadiq (jujur). Al-mushaddiqyakni orang yang membenarkan setiap ucapanmu, sedang ash-shiddiq ialah orang yang terus menerus membenarkan ucapan orang, dan bisa juga orang yang selalu membuktikan ucapannya dengan perbuatan.
Di dalam Quran disebutkan (tentang ibu Nabi Isa), “Dan ibunya adalah seorang shiddiqah.” (Al-Maidah: 75). Maksudnya ialah orang yang selalu berbuat jujur.
Seorang pemimpin yang sidiq atau bahasa lainnya honest akan mudah diterima di hati masyarakat, sebaliknya pemimpin yang tidak jujur atau khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran seorang pemimpin dinilai dari perkaataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.
Kedua, terpercaya. Muhammad SAW bahkan sebelum diangkat menjadi rasul telah menunjukkan kualitas pribadinya yang diakui oleh masyarakat Quraish. Beliau dikenal dengan gelar Al-Amien, yang terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi peristiwa sengketa antara para pemuka Quraish mengenai siapa yang akan meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka’bah, meraka dengan senang hati menerima Muhammad sebagai arbitrer, padahal waktu itu Muhammad belum termasuk pembesar.
Ketiga Tablig atau Komunikatif. Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh pemimpi sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang bisa digerakkan dan dipindah-pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi pemimpin berhadapan dengan rakyat manusia yang memiliki beragam kecenderungan.
Pemimpin dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga mendapat simpati dan juga rasa cinta. Keterbukaan pemimpin kepada rakyatnya bukan berarti pemimpin harus sering curhat mengenai segala kendala yang sedang dihadapinya, akan tetapi pemimpin harus mampu membangun kepercayaan rakyatnya untuk melakukan komunikasi dengannya.
Dan keempat Fathonah/cerdas. Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai problema, karena dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi.
Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama, karena dia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran. “Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS.Al Mujadalah:11).
Semoga kedepan, sifat-sifat kepemimpinan Rasulullah tersebut benar-benar membumi di negeri ini.