Jumat 08 Mar 2013 10:30 WIB

Sensus Pertanian Telan Biaya Rp 1,59 Triliun

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
THL pertanian di Papua, ilustrasi
THL pertanian di Papua, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sensus Pertanian 2013 segera dilangsungkan bulan Mei mendatang. Badan Pusat Statistik (PBS) menganggarkan Rp 1,59 triliun untuk kebutuhan sensus yang diadakan di lebih 500 cluster. Sebanyak 2.500 personel diturunkan untuk melakukan perhitungan.

Sensus dilakukan dengan dua metode pencacahan, yaitu dari pintu ke pintu (door to door) dan dengan mengunjungi rumah tangga pengelola usaha pertanian (snowball). Kunjungan dari pintu ke pintu diberlakukan untuk setiap rumah yang berada dalam blok sensus. Sedangkan snowball dilakukan berdasarkan informasi dari berbagai narasumber. "Cara ini lebih efisien dan menghemat anggaran," ujar Kepala BPS, Suryamin ditemui di kantor BPS, Jumat (8/3).

Kedua metode ini dilakukan dengan menyesuaikan kondisi daerah sensus. Door to door dilakukan hanya di daerah yang masyarakatnya berusaha di sektor pertanian. Sedangkan metode snowball dilaksanakan di rumah tangga bukan pelaku usaha pertanian.

Suryamin mengatakan metode snowball tidak akan mengurangi keakuratan data. Narasumber prioritas yang akan dimintai data yaitu pengurus RT setempat, Ketua Kelompok Tani (Kapoktan), Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL), Kepala Cabang Dinas (KCD) Tokoh Masyarakat (Tomas) dan Tokoh Agama (Toga). Nantinya petugas akan mendatangi satu per satu rumah tangga yang dilaporkan  bergerak di sektor pertanian.

Angka sementara jumlah usaha pertanian hasil pencacahan lengkap dijadwalkan terbit Agustus 2013. Sedangkan  laporan angka sementara jumlah usaha pertanian menurut subsektor, petani gurem dan distribusi penguasaan lahan terbit pada Desember 2013. Di tahun 2014, BPS akan melakukan pendataan secara rinci pada subsektor dengan fokus struktur ongkos."Nanti kita bisa lihat apakah pertanian masih menguntungkan atau tidak," tukas Suryamin.

BPS menjamin keakuratan data dengan menerapkan metode no sampling eror. Masyarakat dihimbau untuk memberikan data dengan jujur dan sebenar-benarnya. Hasil analisis data dilakukan oleh Perguruan Tinggi, anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), dan Forum Masyarakat Statistik (FMS). Hasil pencacahan disajikan lengkap hingga level desa dan kelurahan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement