REPUBLIKA.CO.ID, SABAH -- Kondisi di Sabah, Malaysia, masih mencekam. Sedikitnya 60 nyawa harus dikorbankan sejak baku tembak konflik dimulai Jumat (1/3) pekan lalu.
Kepala kepolisian Malaysia, Inspektur Jenderal Ismail Omar, merinci lebih dari 32 pasukan Sulu tewas dalam dua bentrokan pada Rabu (6/3). Dia mengatakan, jumlah pengikut kesultanan Sulu yang tewas menjadi 52 orang. Kemudian, delapan polisi Malaysia tewas selama kurun waktu pertempuran itu.
Sementara itu, kondisi total 1.200 Warga Negara Indonesia (WNI) di Sabah dipastikan aman hingga Jumat (8/3). Hal itu dipastikan oleh Direktur Informasi dan Media Kementerian luar negeri (kemlu) Indonesia, PLE Priatna.
Priatna menuturkan, 1.000 WNI pekerja ladang sawit yang berasal dari Blok 11, 12, 20, dan 25 telah diliburkan. Blok-blok tersebut berjarak radius 35 km dari lokasi konflik. Mereka diminta untuk tetap tinggal di asrama masing-masing. “Sedangkan 200 WNI yang berasal dari Blok 3 Felda Sahabat 17 dari shelter Embara Budi telah dipindahkan ke kompleks blok 13 dan 17 di kawasan Lahad Datu,” ujar Priatna, Jumat (8/3) seperti rilisnya.
Dari Tawau, Malaysia, Konsul RI Muhammad Soleh memastikan bahwa tidak ada gelombang eksudos WNI sebagai pekerja ladang akibat faktor keamanan. Kemenlu melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu, Malaysia terus memantau dan berkomunikasi dengan pihak Pemerintah di Sabah.
KJRI terus berkoordinasi secara intens dengan aparat keamanan, dan manajemen instansi perladangan di Malaysia. KJRI Kota Kinabalu dan Konsulat Republik Indonesia di Tawau juga senantiasa berkoordinasi dengan aparat keamanan dan instansi terkait di Sabah guna mendapatkan informasi terkini atas situasi dan kondisi WNI/TKI di seluruh Wilayah Sabah.
Surat resmi juga telah dikirimkan kepada Ketua Majelis Keselamatan Negara Negeri Sabah. Dalam surat tersebut KJRI meminta jaminan keselamatan terhadap WNI atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI). KJRI juga meminta Majelis Keselamatan Negara Negeri Sabah untuk menyampaikan info atau perkembangan penanganan aparat keamanan terhadap konflik.
Selain itu, KJRI juga mengirimkan surat ke seluruh manajer ladang sawit se-Sabah untuk meminta pihak manajemen menjaga keselamatan WNI atau TKI, dan membekali para WNI atau TKI dokumen perjalanan untuk keperluan keluar ladang. KJRI juga telah menyampaikan imbauan kepada para WNI di sana untuk tenang dan tidak terprovokasi atas informasi yang bukan berasal dari sumber resmi.