REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengaji ulang keberadaan pengamat PBB di Dataran Tinggi Golan. Hal ini menyusul penembakan terhadap satu pos pengamanan.
Penembakan terjadi dalam beberapa jam setelah oposisi Suriah membebaskan 21 penjaga perdamaian asal Filipina.
"Selama akhir pekan ada insiden di mana satu pos keamanan ditembaki dua orang yang tidak dikenal," kata juru bicara PBB Martin Nesirky kepada wartawan.
Sebuah pos pengamatan diawaki oleh pasukan penjaga perdamaian menjadi sasaran serangan pada Ahad, kata seorang pejabat penjaga perdamaian PBB.
Namun demikian tidak ada anggota Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (UNDOF) yang terluka.
Nesirky mengatakan, peninjauan telah diluncurkan karena ketidakamanan yang meningkat selama beberapa pekan saat perang saudara menyebar di Suriah.
"Ini adalah tempat yang sangat berbahaya untuk melakukan operasi, dan karena itu jelas bahwa rekan-rekan kami dalam operasi penjaga perdamaian akan meninjau dengan sangat hati-hati mengenai cara yang kita akan dilakukan patroli dan sebagainya, di lapangan," kata Nesirky.
Para pejabat PBB mengatakan bahwa UNDOF, yang memiliki sekitar 1.000 pasukan penjaga perdamaian dari Filipina, India dan Austria, telah mengakhiri patroli malam di zona itu.
Kroasia baru-baru ini mengatakan pihaknya akan menarik kontingen mereka.
UNDOF telah berada di Dataran Tinggi Golan sejak 1974 untuk memantau gencatan senjata antara Suriah dan Israel.