REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Seorang tahanan Palestina yang mogok makan diusir oleh penguasa Israel ke Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, pada Ahad (17/3), kata beberapa pejabat Palestina.
Kesepakatan tersebut melibatkan Ayman Sharawneh, yang kasusnya telah ikut menyulut protes warga Palestina, dan dapat mengurangi gesekan sebelum kunjungan dua-hari Presiden AS Barack Obama pada Rabu (20/3) ke Israel serta wilayah Palestina.
Sharawneh (37), dari daerah Al-Khalil (Hebron) di wilayah pendudukan Tepi Barat Sungai Jordan, telah menandatangani kesepakatan untuk tinggal di Jalur Gaza selama 10 tahun, kata Qadura Fares, pemimpin kelompok pembela tahanan Palestina. Sementara itu Israel tak mengeluarkan komentar.
Sharawneh telah dibebaskan dari satu penjara Israel sebagai bagian dari pertukaran seorang prajurit Israel yang ditahan selama lebih dari lima tahun di Jalur Gaza pada 2011, lalu ditangkap lagi tahun lalu.
Sharawneh, yang telah dirawat di rumah sakit Israel selama mogok makan, dibawa dengan menggunakan ambulans ke Jalur Gaza melalui Tempat Penyeberangan Erez, yang memiliki pengamanan tinggi, pada malam hari, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.
Ia dibawa ke rumah sakit utama di Kota Gaza, tempat ia menerima sambutan bagai pahlawan. Puluhan pendukungnya menyambut dia dengan mengibarkan bendera HAMAS.
Perhimpunan tahanan pro-HAMAS menyatakan Sharawneh dirawat di ruang perawatan intensif. Ismail Haneyah, Perdana Menteri Pemerintah HAMAS, memuji Sharawneh sebagai "tahanan pahlawan".
Ia mulanya telah dipenjarakan pada 2002, selama intifada (perlawanan bersenjata) Palestina pada 2002. Setelah ditangkap, ia termasuk di antara empat tahanan yang mogok makan sebagai protes.
Kondisi para tahanan tersebut dan kematian seorang tahanan lain telah menambah minyak pada serangkaian protes yang melukai puluhan orang di Tepi Barat. Dua tahanan lain sejak itu telah menghentikan mogok makan mereka setelah Israel berjanji akan membebaskan mereka.