Jumat 08 Aug 2025 19:09 WIB

Cina Sentil Filipina: Jangan Main Api

Filipina menyatakan bakal terlibat jika China menyerang Taiwan.

Aktivis melakukan protes di dekat konsulat Tiongkok, Makati, Filipina, Jumat, 14 Juni 2024. Kelompok aktivis ini memprotes berlanjutnya agresi China di Laut Cina Selatan.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Aktivis melakukan protes di dekat konsulat Tiongkok, Makati, Filipina, Jumat, 14 Juni 2024. Kelompok aktivis ini memprotes berlanjutnya agresi China di Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Hubungan China dan Filipina memanas. Beijing mengecam keras Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr setelah ia menyatakan negaranya akan terlibat dalam potensi konflik antara Tiongkok dan Amerika Serikat terkait Taiwan. 

Selama kunjungan kenegaraan ke India pekan ini, Marcos mengatakan kedekatan geografis Filipina dan besarnya komunitas Filipina di Taiwan berarti negara tersebut akan terpaksa terlibat jika terjadi perang.

Baca Juga

“Jika terjadi perang habis-habisan, maka kita akan terseret ke dalamnya,” kata Marcos kepada stasiun televisi India, Firstpost. “Ada banyak sekali warga negara Filipina di Taiwan dan hal itu akan menjadi masalah kemanusiaan.”

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan tegas pada hari Jumat, memperingatkan Manila untuk tidak “bermain api” dan mendesaknya untuk menjunjung tinggi prinsip satu China.

“Kedekatan geografis dan populasi besar di luar negeri bukan alasan untuk mencampuri urusan dalam negeri negara lain,” bunyi pernyataan itu.

Ketegangan antara China dan Filipina meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena sengketa wilayah di Laut Cina Selatan. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan provokasi, dengan pertengkaran di laut yang melibatkan insiden serudukan, ledakan meriam air, dan bentrokan yang melibatkan senjata seperti tombak dan pisau.

Beijing terus menegaskan bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan provinsi yang memisahkan diri, namun hal ini ditolak oleh Taipei.

China juga menolak pembenaran Marcos karena meremehkan hukum internasional dan piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dengan mengatakan bahwa komentarnya berisiko mengganggu stabilitas perdamaian regional dan merugikan kepentingan rakyat Filipina.

Kunjungan Marcos ke India juga ditandai dengan penandatanganan perjanjian keamanan baru yang bertujuan memperkuat hubungan pertahanan antara New Delhi dan Manila, termasuk kerja sama antara angkatan bersenjata, angkatan udara, dan angkatan laut kedua negara. Kapal perang India baru-baru ini memulai patroli bersama dengan Angkatan Laut Filipina di Laut Cina Selatan yang diperebutkan, sebuah tindakan yang mungkin akan membuat marah Tiongkok.

Tanda lain meningkatnya ketegangan adalah para pejabat Filipina pada awal pekan ini mengutuk peluncuran roket China, yang menurut mereka menjatuhkan puing-puing yang diduga jatuh di dekat provinsi bagian barat, sehingga membuat warga khawatir dan mengancam kapal serta pesawat lokal. Tidak ada kerusakan atau cedera yang dilaporkan.

Meningkatnya kebuntuan maritim juga semakin terjadi di Amerika Serikat, yang memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina. Washington telah menegaskan kembali komitmennya untuk membela pasukan Filipina, termasuk personel penjaga pantai, pesawat terbang, dan kapal umum, jika mereka diserang di mana pun di Laut Cina Selatan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement