REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekjen PBB, Ban Ki-moon, Kamis (21/3), menyatakan pihaknya bakal menyelidiki perihal tuduhan penggunaan senjata kimia awal pekan ini di Aleppo, Suriah.
Seperti dilansir New York Times, Jumat (22/3), Ban mengatakan investigasi akan segera dimulai. Penyelidikan akan melibatkan berbagai badan di dunia yang terkait. Ia juga meminta kepada semua pihak di Suriah memberikan akses kepada tim PBB.
Investigasi akan fokus pada serangan roket, pada Selasa (19/3) lalu yang menewaskan 26 orang. Serangan itu telah menjadi alat propaganda perang antara pendukung dan oposisi Presiden Bashar al-Assad. Kedua pihak saling tuduh telah meluncurkan misil berisi senjata kimia di wilayah Khan al-Assal.
Negara-negara Barat, termasuk AS mengatakan Dewan Keamanan harus memeriksa dengan teliti dugaan penggunaan senjata kimia. Ban menyebut penggunaan senjata kimia sangat mengganggu. Ia mengatakan telah mengirim dua surat kepada Assad sejak konflik dimulai dua tahun lalu. Surat itu mengingatkan agar senjata kimia tidak digunakan.
"Saya telah berulang kali menyatakan penggunaan senjata kimia oleh pihak manapun dalam situasi apapun adalah kejahatan besar," ujar Ban.
Menurutnya, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia dan Organisasi Kesehatan Dunia akan memimpin penyelidikan tersebut. Duta besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari mengayakan pihaknya telah mengirim surat kepada PBB agar melakukan penyelidikan yang netral dan mandiri. Ia mengklaim oposisi yang meluncurkan senjata kimia.
Sedangkan oposisi menyangkal memiliki atau menggunakan senjata itu. Jaafari menuduh tindakan oposisi yang mengatakan pemerintah Suriah melancarkan serangan senjata kimia adalah akal-akalan untuk memicu intervensi internasional.