REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi akan melakukan penelitian potensi keanekaragaman biota laut. Sebanyak 30 peneliti dari Pusat Penelitian (Puslit) Oseanografi LIPI akan terlibat dalam penelitian ini. ‘’Bagi Puslit Oseanografi, ini merupakan kegiatan tahunan sejak tahun 2007,’’ ungkap Drs Susetiono Msc dari Puslit Oseanografi.
Di acara pembekalan peserta ekpedisi, Susetiono mengatakan Indonesia merupakan pusat biodiversitas kelautan. Perairan Indonesia membentang 5.100 km dari barah ke timur dan 1.888 km dari utara ke selatan. Selat-selat di Indonesia dikenal sebagai koridor penghubung Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia. ‘’Perairan Indonesia merupakan tempat berkembangnya muson, penentu cuaca di kawasan ini,’’ ujar Susetiono.
Lewat Ekspedisi Widya Nusantara (Ewin), program penelitian kelautan ini telah dilakukan oleh Puslit Oceanografi di perairan Raja Ampat sebanyak dua kali, perairan Sangihe, perairan Natuna, dan perairan Leti. Ada 24 titik sampel yang ditentukan di Selat Sulawesi ini. ‘’Massa air di selat ini mencapai 11 juta hingga 15 juta meter kubik per detik, yang merupakan kecepatan 10 kali lebih besar dari kecepatan aliran sungai di seluruh permukaan bumi,’’ jelas Susetiono.
Saat ini, Indonesia diketahui memiliki 13 spesies rumput laut, 461 spesies karang dengan 91 spesies Acropora (marga dari karang yangbiasanya berbentuk seperti meja atau bercabang). Indonesia memiliki jumlah Acropra terbanyak dari 114 spesies Acropora yang dimiliki dunia. Indonesia juga tercatat memiliki 88 spesies mangrove. ‘’Tetapi, kata Suestiono, dari 5,2 juta hektare hutan mangrove di tahun 1982, telah jauh berkurang menjadi 2,49 juta hectare pada tahun 1993.’’
Laut Indonesia juga memiliki enam spesies penyu dari tujuh spesies di dunia. Lut Indonesia juga menjadi sebagai pusat distribusi ular laut. dari 50 spesies ular laut di dunia, 37 di antara ada di laut Indonesia. Selat di Indonesia juga menjadi koridor penting bagi migrasi ikan paus.