REPUBLIKA.CO.ID, MEIKHTILA -- Pasukan militer mengambil alih otorita kota Meikhtila pasca bentrokan berdarah kelompok Buddha-Muslim.
Presiden Myanmar Thein Sein menyatakan. negaranya dalam kondisi darurat sejak Jumat (22/3) lalu. Puluhan mobil truk terbuka bermuatan tentara berpatroli di jalanan kota Meikhtila.
Tentara berjaga-jaga di setiap persimpangan jalan dan bank-bank. Pasokan makanan dan air buat 6 ribu pengungsi Muslim di stadion serta kantor-kantor polisi mereka bagikan.
Presiden Thein Sein mengalihkan kendali pada militer karena sudah 32 orang tewas dalam bentrokan. Dia sudah mewanti-wanti sejak Jumat lalu agar bentrokan dihentikan.
Pasukan militer dinilai lebih aktif bertindak karena sejak bentrokan dimulai Rabu (20/3) lalu, para penduduk dan aktivis melihat polisi tidak mampu mengatasi kekerasan yang berlangsung.
“Mereka seperti boneka pengusir padi,” ujar salah satu penduduk Meikhtila, San Hlaing pada AP, Ahad (24/3).
Pengacara Muslim Khin Maung Swe (72 tahun) juga memprotes pemerintah yang tidak bisa mengatasi gerakan massa. Sehingga dia kehilangan seluruh hartanya.
"Jika militer dan polisi bertindak, para pembuat masalah itu bakal lari tunggang langgang. Tidak akan ada kekerasan jika aparat keamanan menembakkan pistolnya ke udara,” cecar Khin.