REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Intervensi militer Prancis di Mali memicu krisis kemanusiaan. Perang tersebut telah membuat puluhan ribu orang mengungsi ke negara tetangga dengan kondisi memprihatinkan.
Pengungsi Mali yang melarikan diri ke negara tetatangga sebelah barat, Mauritania, berencana tidak akan kembali ke negaranya. Mereka khawatir dengan ketidakamanan setelah Prancis melakukan perang terhadap oposisi Mali. Sekitar 74 ribu warga Mali menghuni kamp Mbera di Mauritania.
Dilaporkan PressTV, warga di utara Mali mengatakan, perang Prancis dan pemimpin Junta menghalangi bantuan kemanusiaan masuk. Otoritas bantuan kemanusiaan PBB pada 27 Februari mengatakan, Mali membutuhkan bantuan kemanusiaan. "Sekitar 200 ribu anak-anak tidak dapat mengakses pendidikan tahun lalu, " ujar Direktur Operasional Koordinasi Bantuan Kemanusiaan, John Ging.
Diperkirakan 170 ribu warga Mali melarikan diri ke negara tetangga sejak April tahun lalu. Sekitar 53 ribu orang berada di Nigeria dan 74 ribu di Mauritania. Sementara, 260 ribu orang lainnya harus kehilangan tempat tinggal di Mali.
Prancis meluncurkan perang di Mali pada 11 Januari dengan dalih melawan oposisi. Pada 1 Februari, Amnesty Internasional mengatakan ada pelanggaran HAM seperti pembunuhan anak-anak dalam perang Prancis di Mali tersebut.