REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menuntut dan ingin mengetahui solusi dua negara dan peta Palestina di masa depan dari perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelum pembicaraan damai dilanjutkan.
‘’Abbas ingin tahu peta yang akan diperlihatkan oleh Netanyahu untuk menteri luar negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry, dan apa pandangan Netanyahu mengenai solusi dua negara nantinya, terutama (wilayah) perbatasan,’’ kata penasehat politik Abbas, Nimr Hammad, Jumat (5/4), seperti dikutip dari Al Arabiya, Ahad (7/4).
Pernyataan itu diucapkan Abbas hanya beberapa hari menjelang kunjungan Kerry. Media lokal setempat melaporkan, rencananya Kerry akan mengadakan pertemuan setiap dua pekan dengan para pemimpin Israel dan Palestina. Upaya itu dilakukan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian (Palestna dan Israel) yang terhenti.
"Untuk kembali ke perundingan, dibutuhkan persetujuan Netanyahu terhadap perbatasan tahun 1967,’’ kata Hammad. Abbas menegaskan bahwa partisipasi dalam pembicaraan yang baru dikondisikan untuk menggunakan garis (perbatasan) sebelum Perang enam hari tahun 1967 sebagai dasar untuk negosiasi perbatasan di masa depan.
Sebelum perundingan damai dimulai, Abbas juga mensyaratkan Israel menghentikan pembangunan permukiman ilegal di wilayah Palestina. Tapi Netanyahu beberapa kali telah mengatakan bahwa dia tidak akan menerima garis perbatasan sebelum perang tahun 1967.