REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pilihan kebijakan terkait pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang segera diputuskan dalam waktu dekat, mengerucut pada dua opsi.
"Ini bukan sekadar putuskan saja apa yang a dan b, saya tahu konsekuensi bagi saudara kita yang tidak mampu, secara moral saya wajib pastikan apa pun pilihan dalam waktu dekat rakyat yang tidak mampu harus kita bantu dan lindungi," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam keterangan pers di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, usai rapat terbatas, Jumat (25/4).
Presiden mengatakan opsi yang pertama adalah kebijakan dua harga BBM, satu yang mendapat subsidi penuh dan harga lainnya disubsidi sebagian.
"Laporan dari menteri ESDM atas yang dilakukan beberapa hari terakhir ini menguji upaya pengurangan subsidi BBM, kenaikan hargaBBM pada batas tertentu, saya kira rakyat sudah ketahui apa dan bagaimana (pengujian dilakukan) apakah memungkinkan untuk sistem dua harga," kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan sistem dua harga dimaksudkan agar masyarakat yang tidak mampu masih bisa menggunakan BBM bersubsidi, sementara masyarakat yang mampu menggunakan BBM yang tidak disubsidi sepenuhnya, untuk keadilan.
"Kebijakan yang adil subsidi BBM hanya diberikan pada yang tidak mampu, yang mampu dan kaya mesti dikurangi (sementara harga BBM subsidi) yang tidak mampu sementara dipertahankan sampai daya beli memungkinkan," tutur Presiden.
Sementara opsi lainnya adalah pilihan satu harga, menaikkan harga BBM dengan memastikan rakyat miskin mendapatkan bantuan untuk menjamin agar tidak terkena imbas kenaikan harga BBM.
"Meski ada opsi satu harga, yang dilaporkan ke saya, meski satu dua hari lagi laporan lengkap mengenai kemungkinan secara teknis di lapangan dua harga, bila risiko terlalu besar dan tidak bisa dijalankan dengan bertujuan menjaga kesehatan fiskal, dan mengurangi subsidi BBM, dan harus menaikkan harganya maka rakyat yang tidak mampu harus mendapatkan bantuan langsung," kata Presiden.
sumber : Antara