REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank UOB Indonesia (UOBI) mencatat realisasi penyaluran kredit sebesar Rp 44,76 triliun pada kuartal I 2013, atau tumbuh 10,60 persen dibandingkan Rp 40,47 triliun pada kuartal pertama 2012.
"Pertumbuhan kredit UOBI mendorong kenaikan beberapa rasio keuangan perseroan sepanjang tiga bulan pertama 2013," kata Presiden Direktur UOBI Armand B Arief dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (1/5).
Untuk rasio Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 2,39 persen, sedangkan Return on Equity (ROE) sebesar 14,91 persen dan Net Interest Margin (NIM) sebesar 4,56 persen. Sedangkan neraca keuangan perseroan hingga Maret 2013 mencatat penghimpunan laba bersih setelah pajak tahun berjalan sebesar Rp 306,48 miliar, terutama diperoleh dari pendapatan bunga.
"Di sisi neraca, pada kuartal pertama tahun ini, kami berfokus pada pengelolaan likuiditas. Sementara dari sisi perseroan, kami juga tengah menyelesaikan persiapan akhir untuk pembaharuan sistem Core Banking sebagai bagian dari perbaikan infrastruktur dan teknologi informasi," kata Armand.
Armand menambahkan bahwa setelah pembaharuan sistem Core Banking di bulan Juli tahun ini, UOBI akan memiliki platform yang lebih baik dalam mendukung strategi dan inisiatif bisnis Bank untuk lebih meningkatkan rencana pelepasan kredit pada paruh kedua tahun ini, dengan tetap menjaga kualitas portofolio kredit dengan disiplin dalam menerapkan prinsip kehati-hatian.
Rasio Non Performing Loan (NPL) gross tercatat sebesar 1,71 persen masih jauh di bawah ketentuan maksimum Bank Indonesia sebesar 5 persen, sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) UOBI tercatat sebesar 91,48 persen per 31 Maret 2012, mengukuhkan peran intermediasi Bank sebagai sumber pembiayaan ekonomi.
Sementara itu, UOBI juga mencatat peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank hingga sebesar Rp 7,743 triliun pada posisi 31 Maret, 2013. Bank juga berhasil menjaga modal bank dan mengelola risiko seperti tercermin dalam Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 17,40 persen, masih jauh di atas ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8 persen, terutama karena ditopang oleh kuatnya permodalan yang mencapai Rp 8,84 triliun hingga 31 Maret 2013.