REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masa pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu menjadi fase paling kritis bagi pelaku UMKM. Friska Surya, salah satu pengelola sebuah UMKM di Kampung Bakpia Pathok, Yogyakarta Kluster Sentra Bakpia Pathok Kelompok Sumekar, Yogyakarta pun mengakui, masa pandemi meninggalkan momen yang traumatik di benaknya.
"Saat itu enam bulan pertama pandemi, aktivitas produksi benar-benar berhenti. Pemasukan jelas setop, tapi kami punya tanggung jawab kepada karyawan, sampai akhirnya modal habis," kata dia, Jumat (14/2/2025).
Usaha keluarga dengan merk Bakpia Pathok 52 ini pun, kata Friska, nyaris gulung tikar. Namun tidak lama kemudian, saat itu, Friska mengungkapkan, mendengar informasi mengenai adanya pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh salah satu bank Himbara.
Sempat ragu untuk melakukan pinjaman, Friska menyebut keluarga akhirnya berani mengajukan permintaan pinjaman setelah mengetahui adanya penjaminan kredit dari salah satu BUMN, yakni Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) .
"Pinjaman pertama Rp 50 juta pada 2020. Setelah itu sampai saat ini sudah empat kali mengajukan kredit. Lebih tenang dalam pengajuan dengan adanya jaminan dari Askrindo," kata dia.
Sekretaris Perusahaan Askrindo Syafruddin menyampaikan bahwa pihaknya telah lama mendukung pengembangan UMKM melalui penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada 2024, total plafon mencapai Rp124 triliun.
Ia menyatakan bahwa jumlah kredit tersebut disalurkan kepada sekitar 2,3 juta debitur yang mampu membuka 3,3 juta lapangan kerja.
Hal tersebut, kata dia, menunjukkan bahwa program KUR yang diluncurkan oleh pemerintah dan didukung oleh Askrindo berdampak nyata dalam meningkatkan kapasitas UMKM.
"Ini sesuai dengan Asta Cita yang diusung pemerintah, yakni pada poin nomor 3; Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur," ujar dia dalam kesempatam yang sama.
Syafruddin mengatakan, dalam penyaluran KUR, pihaknya berperan sebagai substitusi kolateral atau penutup kekurangan bagi pihak-pihak terjamin.
Ia menuturkan bahwa kolateral (collateral) merupakan kriteria yang paling sulit dipenuhi oleh UMKM saat mengajukan kredit, dibandingkan empat kriteria lainnya.
Empat kriteria lainnya tersebut yakni kapasitas rasio utang terhadap pendapatan (capacity), riwayat utang (character), persyaratan bunga dan jumlah pinjaman (condition), serta modal (capital).
“Jadi Askrindo yang menjamin UMKM ini biar banknya mau mengucurkan kreditnya. Jadi, tanpa kolateral, bank ini tidak mau memberikan bantuan teknis, sehingga Askrindo menjadi pengganti kolateral, sehingga menjadi layak diberikan bantuan teknis,” ujar dia.
Syafruddin menyatakan bahwa penyaluran KUR serta dukungan Askrindo sebagai kolateral menunjukkan komitmen Ia pun berharap upaya pihaknya tersebut dapat membantu UMKM naik kelas dengan memperluas outlet dan lini penjualan mereka.
Selain Friska, Tekattono, pemilik sekaligus pendiri Blankon Kreatif di Yogya. Ia juga terbantu oleh fasilitas dari Askrindo. Pengusaha UMKM Blangkon Kreatif Malioboro ini menceritakan awal mula ia memulai usahanya.

Ia memberdayakan pemuda di kampung Pajeksan, Kota Yogyakarta, untuk membantu usahanya. Para pemuda yang semula tanpa keterampilan ia ajak untuk belajar fotografi dan berbagai hal untuk mengembangkan usahanya. "Mereka diajarkan oleh seniornya di sini," kata dia.
Dari modal awal Rp 600 ribu, kini usahanya telah berjalan dengan maju melalui pinjaman KUR yang dijamin oleh Askrindo. "Lebih tenang karena pinjam Rp 100 juta pun tanpa khawatir," kata dia.