Jumat 03 May 2013 11:25 WIB

BI Perluas Instrumen Moneter untuk Proyek Infrastruktur

Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai instrumen moneter perlu diperluas dalam rangka memunculkan sumber-sumber dana jangka panjang yang dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.

"Memang menjadi pemikiran kami juga, perlu dikembangkan bahwa instrumen moneter itu bisa diperluas dan tidak hanya terbatas kepada SBN (Surat Berharga Negara)," kata Asisten Gubernur BI Hendar saat diskusi tentang pembiayaan infrastruktur di Jakarta, Jumat (3/5).

Hendar mengatakan, instrumen moneter juga bisa bersumber dari penerbitan obligasi yang diterbitkan oleh BUMN atau korporasi yang diklasifikasikan sebagai obligasi yang memiliki kualitas tinggi. "Ketentuan BI sekarang juga sudah ada ruang bagi PBI-nya untuk melakukan itu di pasar sekunder," ujarnya.

Dengan cara seperti itu, lanjut Hendar, diharapkan bank pun tidak akan ragu untuk membeli obligasi tersebut, karena kapan saja bank membutuhkan likuiditas, bisa di-repurchase agreement (beli kembali) kepada bank sentral. "Nah pemikiran ini tentu di sisi lain bisa memberikan kontribusi bagi tumbuhnya dana jangka panjang," kata Hendar.

Sementara itu, untuk kepentingan likuiditas, dari investor termasuk bank yang memegang obligasi itu tidak perlu khawatir, karena BI memiliki standing facility untuk merepokan SBN tersebut. "Penerbitan bisa dari swasta, pemda, atau BUMN yang memang layak dirating memiliki obligasi berkualitas tinggi," tuturnya.

Hendar menambahkan, dengan penerbitan surat utang pemerintah itu selain bisa memberikan peluang bagi terjadinya pendalaman pasar obligasi, tapi di sisi lain juga membantu menyehatkan struktur aset bank sentral. "Karena selain cost yang keluar, tentu saja ada return yang kita terima, meskipun tentu itu bukan jadi tujuan yang utama," katanya.

Selain penerbitan obligasi, pemberian insentif bagi para pemilik dana juga dapat menumbuhkan minat mereka menempatkan dananya untuk jangka yang lebih panjang. Menurut dia kalau dilihat struktur bank yang sekarang, sedikit sekali insentif yang diberikan bahkan untuk menarik dana jangka panjang.

Dari sisi suku bunga, deposito yang satu bulan dan tiga bulan bedanya mungkin tidak terlalu signifikan. Kalau bisa berikan suku bunga yang lebih kecil, ini merupakan salah satu insentif juga dari sisi kebijakan moneter," ujar Hendar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement