REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (21/5) mendesak Irak untuk membangun penyangga fiskalnya yang lemah. Karena, ekonomi produsen minyak itu masih sangat rentan terhadap pasar minyak.
"Irak telah mempertahankan stabilitas makroekonomi dalam sebuah lingkungan keamanan dan politik yang sulit," kata dewan eksekutif IMF, seperti dilansir dari AFP, Rabu (22/5). Dewan menyimpulkan tinjauan perekonomian Irak, mendesak pemerintah untuk memperkuat penyangga fiskal dan lembaga-lembaganya, mengutip masih tingginya risiko, termasuk dari volatilitas harga minyak.
Dewan juga mendesak kemajuan lebih cepat dalam reformasi untuk swasta, sektor non-migas guna menghasilkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan yang lebih inklusif. "Risiko terhadap prospek ekonomi makro tetap tinggi," kata dewan, juga menunjuk keterlambatan dalam pembangunan minyak dan kerusakan lebih lanjut dari situasi keamanan.
Penilaian itu datang di tengah gelombang kekerasan di Irak yang telah menewaskan 374 orang sejauh bulan ini. Penilaian IMF menyusul evaluasi ekonomi Irak baru-baru ini, yang dikenal sebagai Konsultasi Pasal IV. Dewan menyerukan pembatasan pada pengeluaran saat ini, termasuk pegawai negeri sipil, subsidi energi dan transfer ke perusahaan milik negara.
Selama jangka menengah, kata IMF, prospek Irak akan terus didorong oleh perkembangan di sektor minyak. Pemberi pinjaman global itu mengatakan anggaran negara itu pada 2013 tanpa komitemen pendanaan besar meningkatkan risiko fiskal.