REPUBLIKA.CO.ID, MUENCHEN -- Pelatih Borrusia Dortmund, Juergen Klopp telah mempelajari gaya permainan sepak bola klub Spanyol, "tiki-taka" dengan seksama. Berbekal ilmu "tiki-taka" itu, ia kemudian mengembangkannya ke dalam taktik "gegenpressing" alias "menyerang dan menekan lawan habis-habisan".
Bagaimana taktik "gegenpressing" bekerja? Gegenpressing berbeda dari gaya sepak bola Spanyol dalam menekan lawan di lapangan. Selain menekan, taktik ini memperhatikan betul lini pertahanan. Alhasil, tim didaulat tampil lebih agresif menghadapi lawan.
"Gegenpressing" menampilkan tim yang padu dengan menekankan penguasaan bola. Mereka tidak akan memberi ruang gerak sedikit pun bagi lawan. Gaya permainan Dortmund mencetuskan koordinasi antar lini yang serba rapih. Mereka menekan dan membatasi ruang gerak lawan.
Klopp tahu bahwa penguasaan bola tanpa menciptakan peluang mencetak gol tidak ada arti sama sekali. Ia paham benar penguasaan bola seperti taktik "tiki-taka" akan berjalan efektif, bila para pemain punya ruang gerak untuk melepas operan dan membuka ruang gerak untuk "mengancam" lini pertahanan lawan.
Klopp melukiskan gegenpressing sebagai "momentum untuk memenangi setiap perebutan bola jika tim memang kehilangan bola", manakala lawan masih mencari orientasi untuk melepas bola. Letak kekuatan Dortmund, lebih kepada penguasaan bola, keampuhan melakukan transisi dari bertahan menjadi menyerang. Mereka tampil eksplosif di setiap laga.
Klopp terus menerus melakukan pembaruan dalam menerapkan sepak bola menyerang. "Gegenpressing" berarti, tidak senantiasa mengacu kepada pola permainan yang sama dalam setiap laga. Dortmund akan menerapkan pola dan formasi yang berbeda dalam setiap pertandingan.
Ketika melawan Real Madrid di babak penyisihan grup Liga Champions Eropa musim ini, Madrid habis-habisan menerapkan penguasaan bola. Para pemain Dortmund menempel dan mengawal terus Xabi Alonso. Akibatnya, pergerakan Alonso tidak leluasa untuk melepas umpan kepada sesama rekan pemain Madrid.
Klopp dan para pemainnya tiada henti belajar gaya permainan Madrid. Mereka mampu meredam pergerakan Cristiano Ronaldo agar tidak leluasa melepas operan dan mencetak gol. Ia menerapkan gegenpressing untuk mendayagunakan penampilan Dortmund dengan melakukan transisi kilat. Mereka bergerak dengan bola dalam aliran yang super cepat.
Bagaimana Dortmund melakukan transisi yang super-cepat? Klopp menerapkan kecepatan dan ketepatan dalam langgam setiap laga. Musim ini, pola serangan Dortmund menampilkan dimensi baru dengan mendayagunakan pemain timnas Jerman, Marco Reus.
Reus dan Mario Goetze (yang kini bermain untuk Bayern Muenchen), digadang-gadang bakal menyamai penampilan "Messi". Penampilannya kian brilian dalam mengeploitasi ruang di lini pertahanan dan lini tengah.
Klopp menyandingkan kedua pemain agar menjalin kerjasama apik di setiap laga. Poal transisi yang dikembangkan Dortmund relatif cepat. Baik Goetze maupun Reus tampil sebagai dua ujung tombak Dortmund. Kolektivitas kedua pemain itu melahirkan julukan "Gotzeus", karena keduanya seakan punya daya telepati dalam bergerak dan melepaas umpan.
Gaya permainan Dortmund menjadi serba tidak terduga. Ini ditunjang dengan ketajaman pemain depan asal Polandia, Lewandowski. Ini terbukti ketika ia menciptakan gol pembuka saat menghadapi Malaga di kuarter-final Liga Champions Eropa.
Klopp tahu dan paham bahwa penerapan "gegenpressing" hanya terwujud bila dibarengi dengan etika kerja yang ekstra keras di lapangan. "Saya ingin para pemain berjuang habis-habisan di lapangan. Ada peribahasa yang menyatakan, kuda yang baik akan meloncat setinggi yang ia mampu. Saya berharap pemain memberi segalanya di lapangan," kata Klopp.