REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Bom meledak di dekat satu kantor polisi di wilayah Dagestan, Rusia, pada Sabtu (25/5). Bom tersebut diduga sebagai bom bunuh diri yang melukai 11 polisi dan orang yang lewat, kata media Rusia.
Dagestan, dihuni etnis campuran, sebagian besar wilayah muslim antara Chechnya dan Laut Kaspia, telah menjadi provinsi yang paling rawan di Kaukasus Utara.
Bom itu meledak setelah polisi menghentikan mobil untuk memeriksa dokumen pengemudi, sekitar 100 meter dari kantor kepolisian daerah di pusat Makhachkala, ibu kota daerah. Sumber-sumber kepolisian mengatakan kepada media lokal bahwa satu-satunya orang yang tewas adalah pengebom, yang mereka diidentifikasi sebagai mantan istri dua oposisi.
Hal ini tidak biasa bagi perempuan untuk melakukan pengeboman bunuh diri di wilayah tersebut. Mereka seringkali adalah janda oposisi. Dua polisi yang terluka dalam ledakan itu dalam kondisi kritis, kata polisi. Sementara, menurut laporan Reuters, sembilan orang lainnya ikut cedera.
Di Dagestan terjadi gelombang kekerasan beberapa pekan ini. Serangan terbaru terjadi beberapa hari setelah dua bom mobil di Makhachkala menewaskan empat orang dan melukai puluhan orang lainnya pada Senin. Setidaknya 405 orang tewas dalam kekerasan di Dagestan terkait dengan pemberontakan tahun lalu, menurut Laman Knot Kaukasia, yang melacak perkembangan di wilayah tersebut.