REPUBLIKA.CO.ID, -- Penggunaan senjata kimia di Suriah terus menjadi sorotan sejumlah pihak. Pernyataan tentang adanya senjata kimia di Suriah dinyatakan oleh ilmuwan Suriah yang meracik bahan senjata kimia itu.
Mantan ilmuwan yang tak bersedia disebutkan namanya itu mengatakan, pemerintah Suriah memiliki senjata kimia. Senjata kimia berbahan gas itu disebut berkekuatan merontokkan kota-kota di Suriah, seperti Damaskus, Homs, Hama, dan Aleppo.
"Jika rezim Assad meluncurkan Rudal Scud-B dengan hulu ledak kimia yang dipenuhi dengan sarin, maka ledakan rudal itu akan menciptakan satu awan kimia dengan tinggi tiga kilomter dan lebar 500 meter, dan bisa berakibat fatal bagi semua orang yang berada di bawahnya," ungkap ilmuwan tersebut seperti dilansir dari the Jerusalem Post, Sabtu (25/5).
Sumber lainnya dari Aljazeera juga mengatakan hal yang sama. Sumber mengatakan, saat ini sudah ada tiga ribu bom yang bisa dipasang dengan hulu ledak kimia. Diantara ribuan stok bom tersebut, terdapat seratus lebih hulu ledak kimia untuk rudal balistik. Senjata kimia tersebut terdiri dari 700 ton gas sarin dan sejumlah gas mustard.
Data yang diungkap mantan ilmuwan kimia Suriah tersebut secara tak langsung membenarkan tuduhan negara barat yang menyatakan penggunaan senjata kimia di Suriah.
Ilmuwan ini juga membenarkan jika rezim Assad pernah menggunakan gas sarin dalam skala kecil untuk melawan pasukan oposisi. Hal itu terjadi di empat kota, seperti di pinggiran Ibu Kota Damaskus, di Distrik Sheikj Maksoudt di Kota Aleppo, di Kota Saraqeb, dan di Distrik al-Khalidiyeh di Kota Homs.
Namun, ilmuwan tersebut membantah tudingan barat yang mengatakan Suriah memiliki gas tabung.
Ilmuwan yang kabur dari Suriah itu mengkhawatirkan nasib kampung halamannya jika benar rezim Assad melepaskan bom kimia itu. Ia terus berharap hal itu tidak terjadi.