REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Puluhan ribu warga Prancis melakukan demonstrasi menentang hukum pernikahan yang baru saja disahkan Pemerintah Prancis. Hukum baru tersebut melegalkan pernikahan sesama jenis. Namun, aksi damai di ibu kota Prancis berubah menjadi bentrokan.
Pasukan Anti Huru-Hara berusaha menghalau pengunjuk rasa yang terlibat bentrok. Polisi menangkap 96 orang yang diduga memicu kerusuhan. Al Jazirah melaporkan kerusuhan dipicu oleh kelompok garis berusaha melawan aparat dengan menggunakan tongkat. Polisi Antihuru-hara pun menghalau pengunjuk rasa dengan menggunakan gas air mata.
Kelompok ini meneriakkan slogan menentang pemerintahan sayap kiri yang dipimpin Francois Hollande. Massa yang brutal dan melempari awak media dengan berbagai macam benda itu menyebut kelompok sayap kiri sebagai diktator sosialis.
Hukum pernikahan sesama jenis diberlakukan pekan lalu, namun kelompok oposisi terus memprotes dengan mengatakan frustasi atas pemerintahan Presiden Francois Hollande. Ia disebut sebagai tokoh utama lahirnya legalisasi pernikahan sesama jenis. Legalisasi pernikahan sesama jenis memang menjadi salah satu janji dia ketika berkampanye tahun lalu.
Sementara para aktivis sayap kanan memasang poster besar di markas Partai Sosialis yang mendesak Hollande untuk berhenti. Salah satu yang hadir dalam demonstrasi, tokoh Partai konservatif UMP, Jean Francois Cope, menyatakan para pemuda harus bergabung dengan partainya untuk menekan pemerintah.