REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Federasi Wartawan Internasional (IFJ) mengecam kekuatan yang tidak proporsional yang digunakan oleh otoritas Turki terhadap wartawan yang meliput protes nasional yang mematikan.
IFJ, dalam pernyataannya, mengungkapkan polisi di Istanbul telah sengaja menargetkan wartawan dengan gas air mata. Akibatnya, beberapa orang terluka saat meliput kerusuhan yang telah menyebar ke berbagai kota seluruh negeri.
Serikat, yang mewakili sekitar 600 ribu wartawan di lebih dari 100 negara, mengadopsi mosi darurat pada konferensi internasional di Dublin. Mereka menyesalkan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional, penggunaan besar-besaran gas air mata, serta penggunaan kendaraan lapis baja untuk menghancurkan barikade.
IFJ juga menganggap penjelasan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan di Twitter sebagai "ancaman bagi masyarakat". Mereka mengatakan beberapa anggotanya telah menghadapi intimidasi lisa" dan peralatan mereka telah rusak oleh pengunjuk rasa.
Kongres IFJ mendesak komite eksekutif untuk mendorong pembebasan langsung semua wartawan yang dimasukkan ke dalam tahanan selama protes ini dan agar pemerintah Turki menjatuhkan tindakan hukum terhadap mereka.
Kerusuhan dimulai sepekan lalu ketika polisi menindak berat pada aksi unjuk rasa damai untuk menyelamatkan Taman Gezi Istanbul. Aksi tersebut berubah menjadi demonstrasi nasional terhadap Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang dilihat para demonstran kian otoriter. Tiga orang telah tewas dalam bentrokan di Turki sejak aksi protes pecah.