Rabu 26 Jun 2013 16:35 WIB

Tiga BUMN Indonesia Bersinergi Beli Peternakan Sapi di Australia

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Peternakan Sapi
Foto: disnak.jabarprov.go.id
Peternakan Sapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) bersama Perum Bulog dan PT Pupuk Indonesia mulai menjajaki rencana pengembangan sapi di Australia. Sebanyak 1 juta hektare (ha) lahan diincar untuk kebutuhan ini. Total dana yang akan digelontorkan mencapai Rp 300 miliar. "Dana dibagi bertiga, tetapi tergantung regulatornya menteri BUMN," ujar Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro ditemui di kantor RNI, Rabu (26/6).

Saat ini ketiga perusahaan pelat merah tersebut sedang melakukan studi kelayakan untuk mengukur kompetensi masing-masing. Sinergi ini diharapkan membuat rencana pengembangan sapi berjalan lebih cepat. Dijanjikan sebelum tanggal 20 Juli 2013, hasil studi kelayakan tersebut sudah dapat diuji oleh Kementerian BUMN. Dari segi pendanaan, rencana ini dikatakan dapat dukungan penuh oleh bank-bank milik BUMN seperti Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI.

Lahan peternakan tersebut nantinya digunakan untuk menghasilkan bibit sapi atau pedet. Lalu hasilnya dikirimkan ke Indonesia dalam bentuk daging beku.

Sejauh ini Ismed mengaku belum mengetahui iklim investasi di Australia. Ia pun mengaku sempat berselisihi deologi  dengan Menteri BUMN, Dahlan Iskan mengenai rencana ini. "Pak Menteri minta para BUMN yang tertarik untuk membuat proposal. Tapi saya bilang, kita biki konsorsium saja," ujarnya.

Lebih jauh ia berharap agar pemerintah menunjukkan keseriusan untuk memenuhi kebutuhan daging nasional. Selama ini pemerintah dipandang hanya mumpuni untuk membuat regulasi, namun kerap menghambat investasi. Indonesia menurutnya bisa meniru negara lain dalam menyediakan lahan pangan untuk memenuhi konsumsi dalam negri.  "Kita harus meniru Cina yang punya lahan pangan di Nigeria sebanyak 4 juta hektare, Malaysia dan Australia yang punya 4 juta hektare, dan Brunei Darussalam yang punya 2 juta hektare, " ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement