REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Bom mobil Meledak iring-iringan pasukan keamanan Pakistan dan menewaskan 15 orang dan mencederai 28 lagi pada Ahad di pinggiran kota Peshawar, kata pejabat.
Serangan itu terjadi tidak jauh dari daerah suku semi-otonomi, pangkalan Taliban dan kelompok yang punya hubungan dengan Alqaida, saat Perdana Menteri Inggris David Cameron mengunjungi ibu kota, Islamabad.
"Kini 15 orang tewas," kata Jamil Shah, juru bicara rumah sakit Lady Reading Hospital milik pemerintah di Peshawar, dan menambahkan 28 orang cedera.
Setidaknya tiga anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas, dan dua anak dan seorang wanita termasuk dari mereka yang cedera, tambahnya.
Polisi mengatakan sebagian besar korban adalah warga sipil karena bom yang ditargetkan pada konvoi Korps Perbatasan (FC) itu meledak di daerah pasar yang sibuk.
"Bom mobil itu diletakkan di satu pasar yang padat pengunjung. Ketika konvoi FC yang terdiri atas tiga kendaraan lewat, bom itu meledak dan menghantam satu kendaraan dalam konvoi itu,"kata perwira polisi Shafiullah Khan kepada AFP.
"Tetapi banyak warga sipil tewas dan cedera dalam serangan itu adalah banyak orang di pasar saat itu," tambahnya.
Javed Khan, seorang pejabat pemerintah lokal mengemukakan kepada wartawan seorang polisi juga termasuk di antara yang tewas di Badaber, satu lokasi rawan bagi aksi kekerasan di selatan Peshawar.
"Ini adalah insiden yang sangat menyakitkan. Ada operasi-operasi yang telah ditargetkan dalam beberapa hari belakangan ini dan kami telah menangkap banyak teroris dari daerah itu," kata Khan.
Toko-toko dan mobil-mobil hancur dalam serangan itu, kata seorang wartawan AFP. Potongan-potongan tubuh manusia, kaca-kaca yang pecah, sepatu-sepatu yang hilang dan buah-buahan berserakan di lokasi kejadian, dan kursi-kursi mobil yang hancur penuh darah.
Tidak segera jelas apakah ada yang tewas dari paramiliter Korps Perbatasan yang tewas.
Tidak ada segera yang mengaku bertanggung jawab tetapi gerilyawan Taliban sering menargetkan pasukan keamanan sebagai bagian dari pemberontakan domestik tujuh tahun yang menewaskan ribuan warga Pakistan.
Pakistan berada di garis depan perang pimpinan AS terhadap Al Qaida dan kelompok-kelompok teror terhadap Barat.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengutuk serangan itu.
"Pakistan mengalami banyak korban manusia dan kerugian keuangan. Kami karena itu berusaha menangani ancaman ekstremisme dan terorisme dengan kekuatan baru dan kerja sama erat dengan sahabat-sahabat kami," katanya setelah perundingan-perundingannya dengan Cameron.
Pada 22 Juni para pria bersenjata menembak mati 10 turis asing dan seorang pemandu wisata Pakistan dalam satu serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada satu lokasi perkemahan di Himalaya yang diklaim oleh kelompok induk faksi Taliban Pakistan.
sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement