REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban untuk sementara menutup kantor mereka di Qatar. Tempat dimana kelompok itu mengharapkan perundingan perdamaian akan dimulai dengan Amerika Serikat dan Afghanistan. Demikian kata seorang pejabat gerilyawan itu.
"Kami untuk sementara menutup kantor di Qatar karena janji telah dilanggar," kata seorang pejabat Taliban yang berpangkalan di Pakistan yang menolak menyebut namanya kepada AFP.
"Kami tidak senang dengan Amerika, pemerintah Kabul dan semua pihak yang tidak jujur dengan kami," katanya tanpa menjelaskan lebih jauh.
Kantor itu dibuka 18 Juni sebagai langkah pertama menuju pada satu kemungkinan perjanjian perdamaian setelah 12 tahun perang. Tetapi pembukaan kantor itu membuat Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, marah dengan menyebutnya itu adalah satu kedutaan tidak resmi bagi satu pemerintah di pengasingan.
Karzai menghentikan perundingan keamanan bilateral dengan Amerika Serikat. Dia mengancam akan memboikot setiap proses perdamaian.
Sementara, tekanan internasional meningkat untuk mengakhiri pemberontakan kelompok Islam itu sebelum 100.000 tentara yang dipimpin AS meninggalkan Afghanistan tahun depan.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan penutupan kantor itu seharusnya tidak mengganggu apa yang disebutnya satu proses yang menantang.
"Kami yakin bahwa kesalahpahaman yang timbul dalam kaitannya dengan pembukaan kantor itu seharusnya tidak menghambat gerak maju menuju rekonsiliasi jika Taliban ingin melakukan itu," kata juru bicara Deplu AS, Jen Psaki, kepada wartawan. "Kami akan tetap mendukung dan mengulangi imbauan kami agar proses itu bergerak maju."