REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Bambang Sadono mengatakan, mengambil teladan manusia pancasilais dari kalangan pemimpin tidak selamanya tepat. Apalagi, jika satu saat pemimpin yang dijadikan teladan tersebut terkena tuduhan melakukan tindak pidana, tentu saja akibatnya menjadi sangat tidak baik. Oleh karena itu, meneladani nilai-nilai Pancasila bisa dari siapapun, tanpa mengenal jabatan.
Menurut Bambang, masyarakat pasti akan mencemooh dan berfikir mengapa pemimpin yang diteladani sebagai pribadi yang pancasilais bisa melakukan tindakan pidana. ''Mereka lupa, bahwasanya setiap manusia bisa berbuat salah,'' kata Bambang, Jakarta, Senin (24/8)
Karena itu, Bambang meminta, mulai sekarang masyarakat juga bisa meneladani sikap berpancasila dari orang-orang sekitar. Tidak terkecuali dari pedagang. Dia berkisah pernah bertemu seorang perempuan yang berdagang sayur mayur, namun bisa menunjukan sikap-sikap Pancasilais.
"Saya iba, dan berniat memberinya uang. Namun saat uang itu hendak saya serahkan ibu itu menolak. Dia bilang lebih baik sayuran yang dijualnya dibeli, daripada harus memberikan sedekah,'' tutur dia.
Sikap seperti ini kata Bambang, sungguh sangat mulia. Ia menilai, perempuan itu tidak gampang menerima uluran tangan orang lain, dan memilih bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Seperti itulah sebaiknya orang Indonesia meneladani pribadi Pancasilais. Meski dia hanya seorang perempuan tua pedagang sayur mayur.
Bambang menambahkan, banyak orang yang bertanya-tanya, siapakah gerangan manusia Indonesia yang bisa menjadi tauladan sebagai pribadi berpancasila. Apakah para pemimpin bangsa Indonesia, anggota DPR, pejabat negara atau tokoh masyarakat. ''Pertanyaan seperti itu acapkali terdengar saat diadakan sosialisasi empat Pilar MPR,'' ujar dia.