REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan mengingatkan kembali pentingnya mengembalikan nilai dan semangat Pancasila di bidang ekonomi.
"Sejak 71 tahun lalu pendiri bangsa sudah merumuskan nilai keadilan sosial, kedaulatan, dan kesejahteraan untuk seluruh anak bangsa," ujar Zulkifli saat menghadiri Kongres Umat Islam MUI bertajuk 'Arus Baru Ekonomi Ummat' di Jakarta, Sabtu (23/4).
Akan tetapi, lanjut dia, kenyataan pada hari ini, nilai Pancasila itu justru semakin pudar. "Bayangkan di negeri Pancasila ini ada empat orang yang kekayaannya setara dengan harta 100 juta orang miskin," tambah politikus PAN tersebut.
Kesenjangan itu, menurut Zulkifli, terjadi karena inkonsistensi dengan Pancasila dan UUD 1945. Antara lain, ekonomi yang digunakan adalah ekonomi tarung bebas. Padahal seharusnya menjalankan ekonomi dengan prinsip kekeluargaan dan kebersamaan, seperti koperasi.
"Kita seharusnya menjalankan usaha ekonomi dengan berlandaskan kekeluargaan dan kebersamaan. Bukan menang-menangan," tegas dia.
Untuk menghidupkan kembali nilai Pancasila, seperti kebersamaan, kekeluargaan, dan keadilan sosial, Zulkifli pun menggagas perlunya keberpihakan pada UKM dan pengusaha kecil. "Prioritas akses modal pada pengusaha kecil dan UKM di daerah. Berikan pelatihan SDM agar pengusaha lokal bisa tumbuh di daerah," ungkap Zulkifli.
Langkah selanjutnya, tambah dia, adalah menghidupkan kembali semangat UUD Pasal 33 dalam kehidupan ekonomi bangsa. Terkait hal ini, Zulkifli menyebut skema distribusi lahan dan pembagian saham pada rakyat yang menghadapi konflik pembangunan.
"Berikan lahan pada petani untuk digarap agar mereka bisa sejahtera. Selanjutnya untuk rakyat yang daerah mata pencahariannya tergusur, berikan saham agar penghasilannya tetap terjaga," paparnya.
Zulkifli yakin, penerapan nilai Pancasila akan signifikan dalam mengurangi kesenjangan. "Saatnya wujudkan janji kebangsaan kita, kesejahteraan untuk seluruhnya, bukan segelintir golongan saja," ujar Zulkifli.