REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wakil Ketua MPR RI, Mahyudin, didaulat menjadi pembicara kunci dan sekaligus membuka secara resmi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Di hadapan mahasiswa dan civitas akademika, Mahyudin menjelaskan seputar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dan urgensi mengapa sosialisasi perlu disosialisasikan kembali kepada rakyat Indonesia.
Sosialisasi adalah salah satu tugas MPR RI sesuai amanah UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 yang berbunyi MPR bertugas melakukan sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika. Dia menyebut, dalam perjalanannya sejak diperintahkan UU, MPR menjumpai berbagi kendala. "Salah satu yang paling besar adalah gugatan perihal judul sosialisasi tersebut yaitu Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Proses kasus tersebut sampai ke MK dan Alhamdulillah saat ini berganti judul menjadi Sosialisasi Empat Pilar MPR," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (22/8).
Menurut dia, yang terpenting dari upaya sosialisasi yang dilakukan MPR adalah bukan judul tetapi bagaimana rakyat Indonesia bisa kembali memahami kembali Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsanya. Mahyudin mengatakan ini sangat urgen di saat bangsa ini pasca reformasi bergulir tidak lagi memahami, mempelajari apalagi mengimplementasikan Pancasila, dan nilai luhur bangsa. Ditambah lagi berbagai konflik SARA pra dan pasca pilkada DKI yang dinilainya sudah dalam taraf mengkhawatirkan dan menganggu persatuan bangsa.
Dia menyebut, pemahaman Pancasila dan nilai luhur bangsa saat ini jauh berbeda dengan masa lalu. Saat ini, sosialisasi oleh MPR dilakukan dengan berbagai metode yang menyenangkan seperti outbound untuk para mahasiswa, lomba cerdas cermat Empat Pilar untuk pelajar SLTA, lomba mewarani gambar bertema Empat Pilar untuk TK sampai SD, berbagai seminar, diskusi serta training of trainers untuk para profesional dan akademisi.
Mahyudin mengatakan pascaselesai mengikuti sosialisasi, para peserta diharapkan mampu memahami dan melanjutkan dengan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Tak hanya sampai di situ, para peserta pun diharapkan mampu mengamalkannya di lingkungannya.
Dia bersyukur Pancasila kini sudah banyak dibicarakan dan dipahami kembali oleh seluruh rakyat Indonesia. "Ini sangat luar biasa sebab metode yang dilakukan tidak ada sama sekali indoktrinasi dan pemaksaan. Yang ada rakyat Indonesia menyadari dengan kesadaran tinggi pentingnya Pancasila dan nilai luhur bangsa untuk persatuan dan kesatuan bangsa," kata dia.
Dia mengingatkan, salah satu hal yang paling banyak menjadi perdebatan yang perlu diwaspadai adalah fenomena pemilihan kepala daerah. Banyak sekali isu SARA yang dilontarkan pihak pro dan kontra calon untuk saling menjatuhkan. "Ini yang harus dicamkan. Setiap agama pasti ada perintah untuk menjalankan segala perintah Tuhan melalui kitab suci-Nya. Contoh Islam, bukan rasis jika Islam memilih calon pemimpin yang beragama Islam sebab itu adalah perintah agamanya. Tapi menjadi salah jika kita melarang-larang orang untuk mencalonkan diri dan menjatuhkannya dengan memakai isu SARA," ujar Mahyudin.