Saturday, 28 Jumadil Awwal 1446 / 30 November 2024

Saturday, 28 Jumadil Awwal 1446 / 30 November 2024

Peduli Kesehatan Jantung, Sekjen MPR Gelar Penyuluhan

Senin 23 Oct 2017 16:42 WIB

Red: Gita Amanda

Sakit Jantung (Ilustrasi)

Sakit Jantung (Ilustrasi)

Foto: Republika/Agung Supriyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Ma'ruf Cahyono membuka acara penyuluhan kesehatan jantung bagi unit kerja Sekretariat Jenderal (Sekjen MPR) dan Dharma Wanita Sekjen MPR, Senin (23/10) di ruang GBHN, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.

Menurut Ma'ruf, penyuluhan dengan tema penunjang bantuan hidup dasar untuk awam ini sangat penting, karena menyangkut organ paling vital yakni, jantung. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah orang yang terkena serangan jantung dan yang mengalami gagal jantung.

"Tugas di MPR tidak hanya menyangkut kesehatan fisik, melainkan juga non fisik yakni, psikis. Sering dialami sport jantung dan stres terkait pelayanan aktivitas dan lingkungan kerja. Kita harus tahu bagaimana tindakan preventif dan antisipasinya seperti apa," kata Ma'ruf melalui siaran persnya.

Materi penyuluhan dibawakan Dr. Dian Zamroni SpJP FIHA, spesialis jantung dari divisi rawat internsif dan kegawatan kardiovaskular Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Harapan Kita, yang juga merupakan staf pengajar departemen kardiologi dan kedokteran vaskular FKUI. Dian mengatakan, serangan atau henti jantung bisa terjadi pada semua orang. "Tidak tergantung usia, postur tubuh atau jenis kelamin, " katanya.

Kendati penderita jantung kebanyakan dialami para pria dan jarang terjadi pada perempuan usia produktif. Lelaki beresiko lebih tinggi sakit jantung ketimbang perempuan karena hormon estrogen yang dimiliki perempuan akan memproteksi jantung dan pembuluh darah.

Ia mengatakan, jantung memompa darah ke seluruh tubuh tanpa jeda atau istirahat. "Kita tidak bisa mengendalikan jantung yang beratnya hanya 300 gram dan berdetak 100 ribu kali per hari," ujarnya.

Menurut Dian, ada perbedaan antara henti jantung dan serangan jantung. Henti jantung karena ada gangguan pada irama jantung, penderitanya tiba-tiba pingsan, nadi dan nafas tidak ada. Penyebabnya, jantung koroner dan pembesaran jantung karena adanya penyumbatan pada jantung. Sedangkan pada serangan jantung terjadi penyumbatan akut pada pembuluh darah koroner sehingga jantung bisa terhenti sewaktu-waktu.

Ia memberitahu, gejala serangan jantung di antaranya, dada nyeri seperti ditindih, diremas atau ditusuk-tusuk. Mirip gejala masuk angin. "Kebiasaan yang dilakukan, dikerok sampai kehitaman, lalu minum anti atau tolak angin, pakai selimut dan tidur. Keesokan harinya sudah tidak bangun lagi dan meninggal," kata Dian.

Untuk mengatasi hal ini sebaiknya jangan panik, dan tetap tenang. Pasien jangan terlalu banyak bergerak, jangan batuk, jangan ngeden dan minum obat ISDN (Isosorbide Dinitrate) atau obat yang diletakkan di bawah lidah untuk merelaksasi pembuluh darah. Kemudian mulai melakukan Bantuan Hidup Dasar berupa bantuan darurat untuk mengembalikan fungsi pernafasan.

"Waktu tiga sampai empat menit ini harus diupayakan untuk pertolongan pertama berupa Resusitasi Jantung Paru yakni, tindakan kompresi dada dan pemberian nafas buatan, sampai adanya bantuan pertolongan pertama datang ke rumah," kata Dian.

Ada empat mata rantai yang harus dilakukan yakni, kecepatan minta bantuan, resusitasi jantung serta paru, defibrilasi alat AED (simulator detak jantung portable menggunakan listrik) dan pertolongan hidup lanjutan. Untuk kesehatan jantung ia menyarankan agar melakukan pola hidup sehat dengan menyantap menu seimbang, menjauhi rokok serta alkohol, menghindari stres, mengawasi tekanan darah dan teratur berolah raga.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA TERKAIT

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler