REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lokasi terakhir rangkaian Kunjungan Kerja Wakil Ketua MPR RI Mahyudin dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR di Jawa Timur, Kamis (19/4), digelar di auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Hadir dalam acara tersebut Rektor Unesa Prof. Warsono, para dekan dan dosen Unesa serta sekitar 500 lebih mahasiswa dan mahasiswi Unesa berbagai Fakultas.
Sekitar 15 menit saat Mahyudin menaiki podium memberikan materi Sosialisasi Empat Pilar, antusiasme peserta mahasiswa sangat luar biasa merespons metode penyampaian Mahyudin yang disebut mahasiswa sangat kekinian dan gaul. Memang sejak awal, Mahyudin naik podium ditengah-tengah materi yang dibawakan, Mahyudin selalu menyelipkan beberapa kata, kalimat, kisah, candaan yang sangat akrab dan dipahami anak muda.
Salah satunya ketika Mahyudin membicarakan soal pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan bangsa sehingga tidak terjadi konflik seperti di Suriah, rakyatnya susah karena perang yang tak juga selesai. Menurutnya Indonesia memiliki elemen perekat persatuan yakni Pancasila, selain itu ada dua hal jika ingin semua bahagia dalam menjalani sesuatu yakni bersyukur dan bersabar.
"Kalian mahasiswi dapat pacar syukuri, putus pacar sabar. Jangan jadi generasi yang cengeng cuma putus pacar saja meraung-raung curhat di media sosial. Makanya jangan rindu, berat kamu nggak akan kuat, biar aku saja,” ujarnya, disambut riuh tepuk tangan mahasiswa peserta.
Mahyudin dalam kesempatan tersebut masih di sela-sela memberikan materi sosialisasi mengungkapkan bahwa dirinya juga orang kekinian, salah satunya tahu permainan digital yang sedang tren saat ini yakni Mobile Legend. Apalagi Mahyudin didaulat menjabat Dewan Pembina Indonesia e-Sport Association (IeSPA).
“Jangan salah, saya player juga bukannya noob. Saya juga tahu beberapa player hebat,” kataya, disambut standing applause peserta.
Kepada Rektor, para dekan dan dosen Unesa yang hadir, Mahyudin menjelaskan bahwa beradaptasi di lingkungan anak muda sangat perlu agar apa yang diajarkan kepada mereka akan mudah diterima dan tidak terkesan kaku.
Ketika, Mahyudin merasa respons mahasiswa sangat luar biasa, peraih gelar Doktor Ilmu Pemerintahan ini kemudian berbicara perihal pentingnya Sosialisasi Empat Pilar (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tumgga Ika) MPR dipahami rakyat Indonesia terutama generasi muda. Hal tersebut dimulai, pascareformasi bergulir Pancasila seperti terlupakan.
“Dulu saat saya duduk di sekolah menengah ada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), saat mahasiswa ada penataran P4 selama dua minggu kalau tidak lulus akan mengulang sampai lulus. Saat ini pascareformasi tidak ada lagi. Pancasila hanya dihafal tanpa dihayati. Padahal Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa kita berasal dari nilai luhur bangsa bukannya kerjaan ‘ngarang-ngarang,” tegasnya seperti dalam siaran pers.
Hebatnya, lanjut Mahyudin, para pendiri bangsa sangat mampu melihat jauh ke depan. Mereka melihat dan membandingkan antara kultur bangsa Indonesia saat itu dengan perkembangan dunia yakni di Barat ada kapitalis dan liberalis, sedangkan di belahan dunia Timur ada sosialis.
“Para pendiri bangsa kemudian mencari jalan tengah. Munculah Pancasila, inilah jalan tengah jalan damai jalan kompromi yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri yang ternyata mampu membuat bangsa kita utuh selama ini. Pancasila muncul sebagai perekat kita semua tanpa Pancasila maka kita akan terpecah belah,” ujarnya.