Saturday, 19 Jumadil Akhir 1446 / 21 December 2024

Saturday, 19 Jumadil Akhir 1446 / 21 December 2024

Ahmad Basarah: Kembalikan Pancasila Sebagai Pelajaran Wajib

Rabu 02 May 2018 15:07 WIB

Red: Ani Nursalikah

Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah (kedua dari kiri) dan Ketua MUI KH Ma'ruf Amin dalam Seminar Pendidikan dan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan Berbasis IT dengan bekerja sama dengan MPR RI, Rabu (2/5).

Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah (kedua dari kiri) dan Ketua MUI KH Ma'ruf Amin dalam Seminar Pendidikan dan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan Berbasis IT dengan bekerja sama dengan MPR RI, Rabu (2/5).

Foto: MPR
Pelajaran Pancasila membuat generasi muda punya daya tahan ideologis yang kukuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018 mengadakan Seminar Pendidikan dan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan Berbasis IT dengan bekerja sama dengan MPR RI. Seminar tersebut bertempat di Aula Buya Hamka lantai 4 Kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (2/5).

Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan dalam ceramahnya sebagai keynote speaker, saat ini ada lima jenis institusi pembentuk karakter generasi muda bangsa, yakni keluarga, sekolah, lingkungan sosial, televisi dan media sosial/gawai. Khusus penggunaan gawai dan media sosial, tidak ada lembaga pengawasnya karena semua informasi dan pesan komunikasi pada media tersebut dapat diterima penggunanya tanpa ada filter dari institusi apa pun secara efektif.

"Akhirnya tidak sedikit anak-anak bangsa kita yang dididik dan dibentuk karakternya oleh medsos yang semua sistemnya, Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain yang dibuat dan dikendalikan asing.

Basarah melanjutkan, penjajahan dalam bentuk baru saat ini dilakukan lewat cara merusak masa depan generasi mudanya salah satunya melalui medium gawai. Lewat gawai inilah propaganda ideologi radikalisme dan liberalisme/kapitalisme masuk.

Ditambah lagi, waktu yang dihabiskan bersama gawai justru lebih banyak dari waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan sekolah sebagai institusi pembentuk utama karakter bangsa. "Inilah tantangan kita hari ini, yakni bagaimana kita menyelamatkan generasi bangsa dari serbuan nilai-nilai asing yang belum tentu cocok dengan kepribadian bangsa kita melalui kemajuan teknologi informasi tersebut," kata Basarah.

Basarah mengatakan Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional hendaknya kita jadikan momentum akan pentingnya memasukkan kembali mata pelajaran Pancasila sebagai mata pelajaran pokok dan wajib ke dalam  semua jenjang kurikulum pendidikan nasional, termasuk lembaga-lembaga pendidikan internasional yang beroperasi di Indonesia agar generasi muda bangsa ini punya daya tahan ideologis yang kukuh.

photo
Seminar Pendidikan dan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan Berbasis IT dengan bekerja sama dengan MPR RI. Seminar tersebut bertempat di Aula Buya Hamka lantai 4 Kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (2/5).

Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin dalam sambutannya mengatakan Pancasila adalah titik temu atau kalimatunsawa di antara golongan-golongan dalam bangsa Indonesia. "Kalau ada yang mempersoalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara adalah  sikap yang tidak benar. Kenapa kita menolak khilafah karena bukan berarti khilafah tidak cocok dengan Islam melainkan Islam tidak hanya khilafah. Negara-negara Islam bisa berbentuk kerajaan seperti di Arab Saudi, bisa bentuk ke-emir-an seperti Qatar, Kuwait dan bisa juga berbentuk republik. Intinya, mengapa kita menolak khilafah karena kita sudah punya kesepakatan yakni Pancasila dan UUD 1945 yang mengatur negara kita berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.

Acara seminar tersebut turut dihadiri Ketua Bidang Pendidika  MUI KH. Abdullah Jaidi, Ketua Komisi Pendidikan Kader MUI, Prof. Armai Arief dan kepala sekolah dan guru-guru serta undangan lainnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler