REPUBLIKA.CO.ID, KALIANDA -- Kampung Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Zulkifli Hasan di Desa Way Muli dan Desa Kuntjur dalam Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, menjadi daerah terdampak parah hantaman gelombang tsunami yang terjadi, pada Sabtu (22/12) malam. Dua desa yang bersebelahan tersebut mayoritas rumahnya rata dengan tanah dan korban meninggal dan luka-luka terbanyak.
Kampung Way Muli dan sekitarnya menjadi tempat masa kecil Zulkifli Hasan dan saudaranya lahir dan dibesarkan. Kampung tersebut persis berada di bibir pantai pesisir Selatan Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Rumah-rumah penduduk di kawasan tersebut sangat padat, baik rumah permanen maupun semi permanen.
Kawasan Kecamatan Rajabasa tersebut, terdapat Gunung Rajabasa. Dataran ini tinggi gunung tersebut menjadi tempat pengungsian penduduk saat gelombang tsunami menghantam kampungnya.
“Memang sudah ada terpasang tanda jalur evakuasi ke gunung tersebut,” kata Muslih, warga Desa Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan saat ditemui Republika.co.id, Ahad (22/12) petang.
Ia membenarkan bahwa kampung-kampung di Rajabasa tersebut tempat kelahiran Zulkifli Hasan dan adik-adiknya. Zulkifli Hasan sering pulang kampung pada setiap akhir pekan. Baik ia sebagai politikus partai maupun, telah menjadi menteri dan juga ketua MPR. Zulkifli Hasan memang dikenal warga sering pulang kampung bila berkunjung dinas ke Lampung.
Pascamusibah, hari pertama pada Ahad (22/12), Ketua MPR RI Zulkifli Hasan langsung menyambangi kampungnya dan menyapa warga setempat untuk menenangkan warga yang terkena musibah.
“Hari ini saya langsung datang dan temui korban tsunami di Lapung Selatan, tepatnya di Desa Kuntjir dan Way Muli Rajabasa. Lampung Selatan adalah kampung halaman saya,” kata Zulkifli Hasan dalam akun Instagramnya, Ahad (22/12) petang.
Di sepanjang bibir pantai pesisir Selatan, pemantauan Republika.co.id di lokasi kejadian, selain rumah-rumah warga, terdapat juga perusahaan besar yang menempatkan sektornya persis di bibir pantai tersebut. Di antaranya, perusahaan pakan ternak Japfaa Comfeed, dan perusahaan benur ikan dan udang.
Lokasi perusahaan tersebut juga tidak terhindar dari musibah gelombang tsunami. Pemantauan di lokasi, pegawai perusahaan masih membersihkan sisa-sisa asetnya yang bisa diselamatkan.
“Kami masih menjaga aset perusahaan, meskipun isinya sudah hancur berantakan,” kata salah seorang perusahaan benur ikan.
Penjagaan ketat juga terlihat di perusahaan gas alam yang berdiri di kaki-kaki Gunung Rajabasa. Beberapa petugas berseragam menjaga pintu masuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) milik PT Supreme Energi Rajabasa (SERB). PLTP tersebut memang belum beroperasi penuh untuk publik, karena PT SERB masih bermasalah nonteknis dalam gugatan elemen masyarakat.
Dua orang berbadan kekar menjaga pintu masuk proyek PLTP milik PT SERB. Saat dijumpai petugas menyatakan hanya menjaga aset tersebut. Menurut petugas, tidak ada kerusakan dalam proyek PLTP milik PT SERB tersebut saat gelombang tsunami menerba kawasan tersebut karena berada di perbukitan Gunung Rajabasa.