REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penempatan Muslimah pada posisi terhormat menjadi pertimbangan kuat bagi perempuan Hispanik untuk memeluk Islam. Mereka siap menerima konsekuensi ketika memutuskan hal itu.
"Tanpa bisa menjelaskan, aku percaya Allah SWT berada dalam hati dan pikiran saya. Aku tak ingin kembali pada agama lamaku," kata Zainab Ismail, perempuan Hispanik yang lahir di Bronx, AS, seperti dikuti Womensenesws.org, Kamis (18/7).
Zainab memeluk Islam pada Juni 2009. Itu terjadi setelah tiga bulan sebelumnya ia sempat menikah. Baginya, Islam menawarkan hal yang tidak ada di agama sebelumnya. "Jika Anda merasakan ada hal yang membuat anda bangkit, anda tentu akan mendapatkannya," katanya.
SA, perempuan Hispanik lainnya mengaku agama yang dianut sebelumnya terlalu banyak menyisakan pertanyaan. Ada banyak ketidakadilan. Itu yang membuatnya mencari kebenaran dan perlindungan.
"Islam menawarkan jaminan terhadap hak-hak perempuan. Tapi Islam juga meminta perempuan menjaga kewajibannya. Jadi, ada keseimbangan," katanya.
Diskriminasi yang dialami perempuan Hispanik tak berbeda yang dialami Muslimah. Mereka selanjutnya mencari perlindungan dimana mereka tidak merasa takut dengan diskriminasi itu.
"Perlu anda ketahui, perempuan-perempuan Hispanik yang memeluk Islam itu sebagian besar berpendidikan, muda dan profesional," ungkap Imam Shamsi Ali, endekiawan Muslim asal Indonesia.
Saat ini, memang tidak ada angka resmi seberapa banyak perempuan Hispanik yang memeluk Islam. Namun, Dewan Islam Amerika mencatat populasi Muslim Hispanik mencapai 200 ribu pada tahun 2006. Mereka tersebar di New York, Chicago, Los Angeles dan Miami.