REPUBLIKA.CO.ID, Suara lantunan ayat-ayat suci Alquran dari ratusan santri tahun ajaran baru dan lama menggema langit-langit Masjid Sahlan, Komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Islam Al-Mukhsin, Metro, Lampung.
Di dalam, selasar, dan teras masjid utama pondok ini menjadi tujuan utama para santri putra bertadarus Alquran selama Ramadhan berlangsung.
Pemandangan sawah nan hijau yang elok diselingi aliran air sungai kecil turut menggelayut suasana teduh dan nyaman saat Republika berkunjung di Ponpes Al-Mukhsin yang sudah berusia 18 tahun ini, Jumat (19/7).
Kain sarung dan beragam jenis peci yang dikenakan ratusan santri menambah maraknya suasana menjelang shalat Jumat hari itu.
Di pinggiran Kota Metro yang terkenal dengan kota pendidikan sejak zaman kolonial, ratusan anak santri Ponpes Al-Mukhsin memegang mushaf Alquran kecil.
Mulut para santri putra kelas SD, MTs, takhasus (praaliyah), maupun MA ini tak henti-hentinya berkomat-kamit melantunkan muratal Alquran ayat demi ayat.
Dengungan suara bacaan ayat Alquran yang keluar dari lisan santri saat itu bagaikan suara kumbang berkumpul. Masing-masing santri tidak memedulikan santri di sebelah, depan, atau sampingnya. Mereka sibuk berusaha mengkhatamkan Alquran saat Ramadhan ini.
Akbar, santri kelas tiga MTs Ponpes Al-Mukhsin, pada hari ke-10 Ramadhan sudah memasuki tadarus juz 30. Ia berharap, seusai shalat Jumat hari itu mengkhatamkan untuk pertama kalinya pada bulan penuh berkah ini. “Sekarang masuk juz 30, insya Allah khatam pertama ba’da shalat Jumat,” kata Akbar, santri asal Jawa, ini.
Akbar tak sendirian. Ratusan kawannya juga rata-rata pada hari ke-10 puasa sudah melewati batas juz 20. Para santri baru dan lama bergeliat mengejar bisa khatam Alquran paling tidak dua kali selama Ramadhan. Setiap menjelang dan selesai shalat fardhu setelah sekolah, waktu-waktu tersebut dimanfaatkan para santri untuk membaca Alquran.
Ridwan, santri kelas satu MTs, bacaan Alqurannya sudah sampai lembaran juz 21. Sebagai santri baru dari lulusan SD umum ini, kemampuan menyelesaikan ayat demi ayat, surat demi surat, sudah tergolong prestasi.
Sebelumnya, ketika belum masuk pondok, bacaan Alqurannya tidak sampai segitu. Bahkan, hari-hari Ramadhan banyak dihabiskan dengan bermain bersama temannya.
Lebih khususnya lagi, para santri MA. Santri yang sudah berpengalaman di pondok ini bahkan sudah ada yang mengkhatamkan Alquran dalam 10 hari dan memasuki khatam untuk yang kedua kalinya. Para santri MA ini memang banyak yang telah hafal Alquran dua sampai tiga juz lebih.
Biasanya, pada setengah bulan sekali, di luar Ramadhan, hari libur santri Jumat, dimanfaatkan untuk keluar pondok, berbelanja, dan aktivitas lainnya. Tapi, selama Ramadhan libur tersebut hanya boleh di dalam pondok. “Kalau libur Jumat, kami tidak boleh keluar pondok,” kata Akbar yang selama mondok sudah hafal 2,5 juz Alquran.
Kebijakan pengurus pondok sangat beralasan karena saat berpuasa, bila berjalan-jalan ke luar, apalagi ke pasar, dapat mengurangi kekhusyukan ibadah puasa. Hal sama juga berlaku bagi pondok santri putri yang jaraknya berpisah dengan pondok putra sekitar satu kilometer.
Menurut mudir Ponpes Al-Mukhsin, Ustaz Sudarman, pada Khotbah Ta’aruf Santri Baru Tahun Ajaran 2013/2014, Sabtu (6/7), ponpes ini menerima 1.346 santri, terdiri atas pondok putra dan putri, mulai tingkat SD hingga aliyah. Ia mengakui keterbatasan sarana dan prasarana pondok membuat calon santri baru harus diseleksi sehingga ada yang tidak bisa diterima di pondok.
Santri pondok ini selain berasal dari Lampung, juga ada dari Palembang, Bengkulu, Banten, dan kota-kota di Jawa. Selama 18 tahun ini, Ponpes Al-Mukhis terus berbenah demi kenyamanan santri saat mondok.
Fasilitas ruang makan/minum, asrama, ruang belajar, laboratorium bahasa/komputer, perpustakaan, ruang tamu, dan kamar mandi, termasuk sumber daya manusianya, menjadi aspek utama program kerja pondok.
Pada ujian nasional tahun ini, santri Al-Mukhsin lulus 100 persen. Sudarman mengatakan, pengelola tetap mengutamakan moto pondok, “jujur dan jujur”. Artinya, untuk apa lulus 100 persen, tapi tidak jujur, lebih baik tidak lulus daripada tidak jujur. “Tapi, alhamdulillah tahun ini lulus 100 persen,” ujarnya.
Pondok ini juga sering kali mengeluarkan santri-santri yang berprestasi di tingkat Kota Metro dan Provinsi Lampung. Baik dalam lomba berpidato bahasa Arab, Inggris, matematika, dan olahraga. Prestasi ini cukup membanggakan meski semua santri di pondok dijauhkan dari televisi, telepon, dan aktivitas tidak berguna.