REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Lebih dari seribu narapidana di Libya kabur dari penjara, setelah terjadi serangan ke kantor partai Ikhwanul Muslimin. Sejak kejatuhan Muammar Ghadafi pada 2011, Libya masih dicengkeram aksi milisi dan penuh dengan penjualan senjata.
Tak diketahui secara pasti, apakah jebolnya penjara al Kweifiya, Benghazi terjadi sebagai bagian dari kelompok yang melakukan demonstrasi. Hanya saja kelompok pemrotes melakukan aksi setelah terbunuhnya aktivis yang kritis terhadap Ikhwanul Muslimin.
Seorang petugas keamanan di Lapas Kweifiya menyatakan awalnya aparat menembak tiga narapidana yang mencoba kabur dari penjara itu. Setelahnya, napi lain pun memulai keributan dan membakar dari dalam penjara. Mereka yang berhasil kabur kebanyakan yang menghadapi atau sedang didakwa kasus berat.
Pejabat keamanan di Benghazi pun kemudian menyatakan setelah berita kerusuhan penjara tersebar, sekelompok orang bersenjata berdatangan. Mereka menyerang dengan senjata laras panjang ke arah penjara untuk membebaskan kelompok mereka.
Pejabat keamanan di Benghazi, Mohammed Hejazi, menyatakan pasukan khusus sudah menangkap 18 napi yang kabur. Selain tiga napi yang sebelumnya disebut ditembak aparat sedang menjalani perawatan di rumah sakit lokal. Namun, sampai saat ini belum diketahui berapa jumlah napi yang kabur. Kemungkinan bisa mencapai 1.200 orang napi.
Perdana Menteri Ali Zidan dalam konferensi pers menyalahkan mereka yang tinggal di sekitar penjara atas aksi penyerangan ke sana. ''Penjara (diserang) oleh mereka yang tinggal di sekitarnya, karena tak menginginkan ada penjara di wilayah mereka,'' ucap Ali Zidan, Sabtu (27/7).