Selasa 30 Jul 2013 05:12 WIB

Video Merayakan Lebaran Paling Sedih

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Fernan Rahadi
'Iklan Hari Raya Paling Sedih' yang diunggah Farisha Ambrosio di Youtube.
Foto: ambooyats.com
'Iklan Hari Raya Paling Sedih' yang diunggah Farisha Ambrosio di Youtube.

REPUBLIKA.CO.ID, Mudik atau pulang kampung menjadi tradisi umat Islam menjelang Hari Raya Idul Fitri. Pesan tersirat yang dapat diambil pelajaran dari tradisi mudik adalah setiap orang bisa melepas kangen untuk bertemu dengan orang yang dicintainya.

 

Karena itu, beruntung lah seorang yang masih memiliki keluarga atau kerabat hingga bisa merasakan suasana pulang kampung. Pasalnya, tidak sedikit orang yang mengatakan, salah satu rezeki yang kadang banyak dilupakan orang adalah memiliki keluarga.

 

Pelajaran itu sebenarnya bisa kita petik dari video di Youtube berjudul ‘Iklan Hari Raya Paling Sedih’ yang diunggah Farisha Ambrosio. Ceritanya, ada dua anak yang tinggal di semacan pesantren modern tidak pulang kampung lantaran tak punya keluarga. Kebetulan, dua anak itu menyandang status tuna rungu dan tuna wicara.

 

Alhasil, ketika semua rekannya pulang kampung, tinggal lah keduanya di penginapan. Pada malam harinya, tercetus ide, si anak tuna wicara ingin bertemu ibunya di kampung halaman. Bersama si tuna wicara, keduanya nekat tanpa izin ustaz pemilik pesantren meninggalkan penginapan guna menuju terminal.

 

Berbekal uang Lebaran yang didapat dari sang ustaz, keduanya memberanikan tekad untuk melepas rindu ke kampung halaman. Pada malam hari sebelum Hari Raya, dua kawan dekat ini dari Kuala Lumpur berupaya menuju Distrik Segamat.

 

Alangkah tidak beruntungnya mereka lantaran ketika sampai di terminal mendapati tiket bus sudah terjual habis. Setelah itu, mereka minta diantar taksi ke stasiun terdekat. Sopir taksi mengenakan tarif 10 ringgit, dan coba ditawar oleh si tuna rungu. Lalu, keduanya mendatangi loket, dan tersisa satu tiket hingga harus mengurungkan niatnya.

 

Keajaiban datang ketika ada truk ekspedisi yang tengah mengemasi barang ingin menuju Segamat. Ide nakal muncul dari keduanya. Tiba-tiba saja, dua anak ini berada di bawah tumpukan kardus. Mendengar kegaduhan di tengah jalan, sang sopir ekspedisi menghentikan laju kendaraannya. Betapa kaget dia saat menyadari ada dua penumpang gelap berada di dalam truk.

 

Karena kasihan sang sopir tidak jadi memarahi keduanya, dan malah mempersilakan untuk menemaninya duduk di depan. Keesokan paginya, keduanya berhenti di sebuah masjid kecil yang jauh dari perkampungan. Sang sopir heran lantaran tidak mendapati ada perumahan di sekitar masjid.

 

Usai menunaikan shalat Ied, si tuna rungu dan tuna wicara bergandengan tangan menuju tempat sang ibu. Dengan bergandengan tangan, keduanya ternyata menuju sebuah makam. Selanjutnya, sang anak mencoba mendoakan ibunya yang telah melahirkannya ke dunia itu sambil memegangi batu nisan. Apa pelajaran yang dapat dipetik dari video ini?

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement