REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pertempuran antara tentara Suriah dan beberapa batalion gerilyawan di pinggiran Provinsi Pantai Latakia, Sabtu (10/8) berlanjut. Bentrokan paling sengit berlangsung di beberapa desa pegunungan Dorin, sekitar Istirbe dan Aramo serta di Kafrieh serta Salma, tempat tentara pemerintah melancarkan serangan balasan dan meraih kembali kendali atas sejumlah desa Alawi.
Gerilyawan melancarkan serangan yang diberi nama "Pertempuran untuk Membebaskan Pantai", pekan lalu. Serangan itu guna merebut beberapa desa di sekitar Latakia dalam upaya untuk merusak citra Presiden Bashar di daerah yang dihuni masyarakat minoritas Alawi, cabang aliran Syiah tersebut.
Dikatakan, Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan terhadap desa Salma dan menewaskan 20 orang. Sementara itu, beberapa laporan setempat mengatakan, operasi militer Suriah masih berkecamuk dan diperlukan waktu akibat banyaknya jumlah pengungsi.
Banyak ahli oposisi dan pro-pemerintah memperingatkan mengenai pertempuran yang berkepanjangan di Latakia. Karena semua itu bertujuan untuk mempertahankan konflik sektarian di Suriah.
Pemimpin partai oposisi Membangun Negara Suriah, Loai Hussain, mendesak militer untuk mengalahkan gerilyawan bersenjata di Latakia guna menyelamatkan daerah itu dari perang sektarian yang berkecamuk penuh. Kebanyakan penyerang berasal dari Front An-Nusra yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
Sabtu, empat prajurit militer Suriah tewas ketika satu mobil yang diisi bom meledak di pinggiran Provinsi Hama di Suriah Tengah. Mobil itu meledak antara Kabupaten As-Saffeh dan Az-Ziara di pinggiran Hama.
Ledakan itu tampaknya ditujukan kepada satu pos depan militer, taktik khas kelompok gerilyawan yang berperang di seluruh negeri tersebut dalam upaya menggulingkan Bashar al-Assad. Konflik 28 bulan di Suriah telah berubah menjadi konflik antar-aliran agama. Yaitu antara gerilyawan yang didukung Al Qaeda dan masyarakat Alaw