Jumat 04 Jul 2025 06:39 WIB

Tak Ada Makan Siang Gratis, Apa Imbalan Pencabutan Sanksi Atas Suriah? Salah Satunya Demi Israel

Trump meletakkan syarat untuk pencabutan sanksi atas Suriah.

Abu Muhammad al-Julani berbicara di Masjid Umayyah di Damaskus Ahad 8 Desember 2024.
Foto: AP Photo/Omar Albam
Abu Muhammad al-Julani berbicara di Masjid Umayyah di Damaskus Ahad 8 Desember 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS— Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mencabut sebagian besar sanksi terhadap Suriah sebagai isyarat niat baik terhadap pemerintahan baru yang dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa.

Tetapi pemulihan hubungan diplomatik ini tidak gratis dan bergantung pada harapan tertentu dari Amerika Serikat, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh New York Times.

Baca Juga

Keputusan ini disambut baik di Suriah, di mana lebih dari 90 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, tetapi sanksi-sanksi yang dicabut oleh Trump tidak mencakup semua langkah, karena beberapa di antaranya memerlukan persetujuan Kongres.

Berikut ini adalah persyaratan Washington untuk Suriah, menurut para penulis laporan tersebut: Kepala biro New York Times di Beirut, Ben Hubbard, dan koresponden Timur Tengah, Erica Solomon.

Pertama, normalisasi dengan Israel

Amerika Serikat mengharapkan pemerintah Suriah untuk mengambil langkah serius menuju normalisasi hubungan dengan Israel, awalnya dengan berusaha menandatangani perjanjian yang menjamin penghentian semua permusuhan antara kedua negara.

Washington berharap Suriah pada akhirnya akan bergabung dengan "Kesepakatan Abraham", serupa dengan Uni Emirat Arab, Maroko, Bahrain, dan Sudan.

BACA JUGA: Houthi Tetap 'Kirim' Rudal ke Israel, Amerika Serikat Ancam Bombardir dengan B-2

Kedua, pejuang asing

Menurut laporan tersebut, Presiden Trump menuntut deportasi para pejuang asing yang datang ke Suriah sejak 2011, mengungkapkan kekhawatiran bahwa mereka dapat terlibat dalam perencanaan serangan teroris di luar negeri, yang menimbulkan kekhawatiran para pejabat Amerika Serikat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement