REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Departemen Pertahanan Filipina dan Amerika Serikat (AS) kembali membentuk pakta pertahanan militer. Dua sekutu ini sepakat merenegosiasi kerja sama pertahanan dan keamanan di perairan dan wilayah teritorial negara anggota ASEAN tersebut.
Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario mengatakan, kesepakatan tersebut akan disetujui pekan ini. Salah satu kata sepakat antar negara ini adalah dengan membiarkan Pasukan Militer Paman Sam bercokol di wilayah kedaulatan Filipina.
"Kami siap untuk memanfaatkan semua sumber daya, dan meminta aliansi untuk mempertahankan apa yang menjadi milik kita (Filipina)," kata Rosario dalam siaran persnya Senin (12/8).
Dia menambahkan, kesepakatan antar negara ini adalah bagian dari peningkatan kemampuan militer dalam negeri. Rosario tidak mendefenisikan masuknya militer asing ke kawasan Asia Tenggara adalah terkait kemelut di kawasan.
Akan tetapi kebijakan Filipina kali ini cukup kuat membuat situasi di kawasan Laut Cina Selatan kembali mendidih. Sebab Filipina akan membiarkan militer adi kuasa melakukan operasi.
Ia mengatakan, militer Paman Sam punya lejitimasi internasional yang kuat dari kesepakatan tersebut untuk mengerahkan pesawat, kapal perang, dan persedian pasukan perang aktif untuk operasi militer yang dibutuhkan. Rosatio menambahkan, termasuk untuk bantuan kemanusian.
Menteri Pertahanan Voltaire Gazmin mengatakan, peningkatan kerjasama militer ini adalah bentuk kesepakatan baru. Filipina dan AS mengalami situasi fluktuatif dalam bidang militer sejak 1992.
Dorongan mengembalikan hubungan militer yang kuat disebut dia adalah untuk perimbangan. Penandatangan kesepakatan ungkapnya akan ditandatangani pekan depan di Camp Agunaldo, Filipina.
Gazmin menerangkan kehadiran pasukan AS adalah pemenuhan jumlah minimal pasukan AS di kawasan Asia Pasifik. Namun dia menegaskan, kehadiran pasukan AS nantinya adalah sementara.
Belum diketahui pasti jumlah pasukan AS yang akan mendarat di Filipina. Tapi tentunya kehadiran militer AS akan mendesak negara-negara di kawasan ke dalam titik curiga.
Selama ini, internasional terlihat 'gelisah' dengan situasi keamanan di Asia pasifik. Selain persoalan Semenanjung Korea, perebutan wilayah di Laut Cina Selatan berpotensi menjadi lautan peperangan.
Sebagaian negara anggota ASEAN punya persoalan tajam dengan Cina mengenai klaim wilayah Laut Cina Selatan. Gesekan terkeras terjadi antara Beijing dan Manila.
Hingga sekarang belum ada negara ASEAN atau pun yang bereaksi atas kesepakatan dua negara tersebut. Akan tetapi, selama ini Pemerintah Cina kerap mewanti-wanti AS agar jangan merusak tatanan keamanan di kawasan Asia, khususnya di Laut Cina Selatan.