Senin 19 Aug 2013 22:25 WIB

IM Minta Penyelidikan Korban Tewas di Mesir

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Mansyur Faqih
Seorang tentara Mesir berjaga dengan kendaraan lapis baja dekat lapangan Nahda, tempat para pendukung Presiden Muhammad Mursi berkemah di sekitar Universitas Kairo, Giza
Foto: AP
Seorang tentara Mesir berjaga dengan kendaraan lapis baja dekat lapangan Nahda, tempat para pendukung Presiden Muhammad Mursi berkemah di sekitar Universitas Kairo, Giza

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Ikhwanul Muslimin (IM) membayar harga tinggi dengan kematian generasi penerus tokoh politiknya untuk mengembalikan konstitusi Mesir. Bukan satu kesengajaan jika beberapa putra atau pun putri dari petinggi faksi Islam terbesar di Mesir itu menjadi sasaran tembak para serdadu militer.

New York Times mencatat, di antara ribuan korban tewas kerusuhan Mesir, terdapat beberapa nama seperti Asmaa el-Belthagy. Perempuan 17 tahun tersebut adalah putri dari tokoh senior IM Mohammed el-Belthagy. Asmaa tewas dengan bidikan penembak jitu. Peluru tajam menembus bagian dadanya saat aksi menghalangi buldoser militer di Rabaa al-Adawiyah, Rabu (14/8). 

Selanjutnya adalah Ammar Badie (38 tahun) putra dari petinggi IM, Mohammad Badie. Ammar juga tewas dengan timah peluru saat aksi Jumat Amarah, di Ramses Squere, Jumat (16/8). Ammar juga cucu dari pendiri IM, Hassan al-Banna. 

Tokoh korban terakhir adalah putri dari Ahmed Abdul el-Aziz, yaitu Habiba Abdul el-Aziz. Perempuan 26 tahun itu putri dari konsultan politik Muhammad Mursi. New York Times mengatakan, nama-nama terakhir seakan sudah terang dari jendela bidikan, sengaja diburu setelah gagal membidik mati para petinggi IM.

Kelompok pendukung Mursi ini pun meminta agar militer bertanggung jawab dan mendesak rezim sementara melakukan penyelidikan. Tak hanya untuk ke tiga nama di atas. 

Al Jazeera melansir sekira 36 nama pendukung IM hilang saat hendak dibawa ke penjara Abu Zaabal di Ibu Kota Kairo. Pasukan keamanan menjadi tersangka utama pembunuhan nama-nama tersebut. Puluhan tahanan tersebut adalah bagian dari 600 tahanan pasukan keamanan hasil tangkapan kerusuhan di Ramses Squere, Jumat (16/8).

Semua tahanan terancam kurungan lantaran ikut dalam kerusuhan. Militer mengatakan mereka yang tewas karena mencoba kabur. Namun keterangan berbeda dinyatakan Mendagri Mohammed Ibrahim yang menilai, para tahanan sekarat sejak awal kerusuhan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement