Selasa 20 Aug 2013 15:37 WIB

Ini Tantangan yang Masih Membelit Industri Pelumas Nasional

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Pelumas. Ilustrasi.
Foto: Wikipedia/Dvortygirl
Pelumas. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Indonesia MS Hidayat menyebutkan bahwa industri pelumas menghadapi beberapa tantangan, diantaranya bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor serta industri pelumas yang menghasilkan limbah berbahaya.

Menurutnya, industri pelumas merupakan salah satu industri strategis dengan pertumbuhan yang pesat. Permintaan akan produk pelumas setiap tahun terus meningkat. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor baik darat, laut, udara. Selain itu, sektor industri di Indonesia meliputi produksi dan konstruksi terus berkembang. Dia menambahkan, saat ini lebih dari 200 produsen pelumas ada di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.

“Kapasitas produksi terpasang mencapai 700 ribu kiloliter per tahun dengan nilai omzet diperkirakan mencapai lebih dari Rp 7 triliun,” katanya saat pidato upacara peresmian peletakan batu pertama (ground breaking) pabrik minyak pelumas Shell di Jakarta, Selasa (20/8). 

Hidayat menuturkan, potensi produksi pelumas yang tinggi ini tentu dapat mendorong ekspor pelumas ke negara-negara diantaranya di Asia Tenggara, Jepang, Cina, Timur Tengah, Korea Selatan, maupun Uni Eropa. Namun, kata Hidayat, industri pelumas mendapat tantangan dengan bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Hal ini menjadikan industri pelumas di Indonesia masih sebatas formulasi dan pencampuran (compounding). “Belum terintegrasi antara industri hulu (upstream) dan hilir (downstream),” ucapnya.

Oleh sebab itu, perlu menjaga rantai pasok bahan bakar sehingga menghasilkan pelumas yang terintegrasi dengan minyak dan minyak dasar pelumas (lube base oil). Lebih lanjut Hidayat mengatakan, industri pelumas juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah karena menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun.

Tantangan lainnya adalah pengembangan teknologi produk agar konsumsi energi menurun dan menghasilkan produk yang inovatif. “Tantangan ini perlu dijawab oleh investor untuk berinvestasi dengan membuka atau ekspansi pabrik demi memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor,” kata Hidayat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement